Ahad 28 Feb 2016 05:01 WIB
Membedah Wajah Pao An Tui

Pao An Tui, Sisi Kelam Masyarakat Cina di Indonesia

Anggota Pau An Tui ketika berlatih bersama tentara KNIL Belanda, di CImahi, Oktober 1947
Foto:
Warga etnis Cina di Medan berunjuk rasa besar-besaran pada 4 Sepmtember 1947. Dalam pawai yang diikuti 12 ribu orang dan dengan panjang barisan mencapai dua kilometer, mereka menuntut KNIL (tentara Belanda) tetap melindungi mereka.

Barangkali, luka telah menganga, dan tak mungkin hapus dalam situasi genting. Maka, yang ada di benak pejuang Indonesia adalah PAT antek Belanda. Ketika Pao An Tui dibentuk di banyak kota di Jawa, Laskar Rakyat bereaksi dengan menyerangnya.

Ada analisis lain soal Peristiwa Tangerang Juni 1946. Pembantaian itu melibatkan banyak pihak. Laskar liar yang terdiri dari para penjahat, kelompok jawara yang ingin mengambil tanah-tanah milik para Tuan Tionghoa, dan Laskar Hitam — milisi Mislim keturunan Arab yang ingin mendirikan negara Islam di Tangerang.

Fakta keterlibatan Laskar Hitam terlihat di Mauk, dengan menyelenggarakan sunat paksa terhadap semua lelaki Tionghoa di Mauk, Selapajang, Teluk Nata, dan lainnya.

Dari segi kepentingan taktik, pembantaian itu merupakan taktik bumi bangus untuk memutus jalur suplai makanan dari wilaha produksi. Tangerang saat itu adalah lumbung padi terdekat bagi Jakarta.

Tidak ada fakta apakah PAT di Jakarta, yang bermarkas besar di Jl Mangga Besar, dan kantor administrasinya di Jl Pintu Kecil No 6, terlibat perang dengan laskar rakyat.

Informais tambahan, PAT Jakarta — dan sesksi-seksinya di Bandoeng, Karawang, Sukabumi, Djatibarang, Cirebon — dibentuk oleh Chung Hua Tsung Hui, organisasi Tionghoa pro nasionalis Kuomintang pimpinan Ciang Kai Sek. Pembentukannya dibantu Konsul Jenderal Cina di Jakarta.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement