Rabu 24 Feb 2016 11:59 WIB

Kisah Jihad Seorang Pria Tinggalkan Cinta Sesama Jenis

Rep: Qommaria Rostanti/ Red: Achmad Syalaby
Ilustrasi penderita homoseksual.
Ilustrasi penderita homoseksual.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Salah seorang pria penyuka sesama jenis, SBN (31 tahun), mengaku bahwa menikah sempat tidak ada dalam kamus hidupnya. Dia sempat bertanya-tanya, bagaimana mungkin dia menikah dengan perempuan jika hasratnya tertarik pada pria.

Untungnya di tengah kegalauan itu, tepatnya pada 2011, ia bertemu pendiri layanan Peduli Sahabat (PS) Agung Sugiarto atau yang akrab disapa Sinyo Egie. PS adalah layanan yang memberikan pendampingan seputar dunia orientasi nonheteroseksual atau lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT). 

Lewat interaksi di dunia maya itu, Sinyo meyakinkan SBN agar tidak menjadi gay dan bisa memiliki orientasi seksual normal. Alhasil pada 2014, SBN menikah dengan perempuan.

"Tadinya, menikah tidak ada dalam kamus hidup saya. Nggak suka secuil pun sama wanita. Alhamdulillah, setelah bimbingan tiga tahun, saya menikah dan sekarang sudah punya anak umur 9 bulan," ujarnya kepada Republika.co.id, baru-baru ini.

SBN tidak memberi tahu istrinya perihal ketertarikannya terhadap sesama jenis. Keputusan tersebut ia buat setelah berkonsultasi dengan Sinyo. SBN sempat berniat memberi tahu istrinya bahwa ia menikah bukan karena hawa nafsu, melainkan karena Allah SWT. Namun, Sinyo menyarankan sebaiknya hal itu tidak dilakukan. "Biar kamu dan Tuhan saja yang tahu. Yang penting kamu tidak menjadi gay dan setia sama istri," ujarnya menirukan perkataan Sinyo. Hingga kini, istri SBN hanya tahu suaminya normal dan tidak mengetahu suaminya penyuka sesama jenis. 

Meski sudah menikah, SBN tetap masih tertarik pada lelaki. Bedanya, ia sekarang tidak galau lagi apakah harus mengikuti hawa nafsu yang salah atau tidak. 

LGBT berbeda dengan same sex attraction (ketertarikan dengan sesama jenis). LGBT, kata SBN, adalah suatu identitas sosial, tindakan, dan gaya hidup. Menurut dia, LGBT itu pilihan, sedangkan menyukai sesama jenis adalah alamiah. SBN pribadi menganggap menyukai sesama jenis sebagai sebuah ujian.

"Seandainya saya sembuh dan tidak lagi menyukai sesama jenis, itu bonus yang luar biasa dari Allah. Kalaupun tidak sembuh, biarlah ini menjadi ladang jihad bagi saya," kata pria yang berdomisili di Jakarta ini. Adapun LGBT, menurut dia, sangat bisa disembuhkan karena itu adalah pilihan. Ada kontrol akal, pikiran, dan hati di belakangnya.

Para penyuka sesama jenis yang tidak bisa melewati ujian, maka bisa terjun menjadi LGBT. Sementara, yang bisa menahannya, dapat tetap menjadi heteroseksual walaupun sebenarnya hasratnya homoseksual. "Walau menyukai sesama jenis, saya menikah dengan gadis yang manis," kata SBN sambil tertawa.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement