Selasa 12 Jan 2016 23:00 WIB

Dakwah di Indonesia Bukan Fanatik dan Memaksa

Rep: Ahmad Fikri Noor/ Red: Agung Sasongko
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI). Maruf Amin
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI). Maruf Amin

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Ma'ruf Amin menghadiri forum kajian ilmiah yang diselenggarakan Rabithah Alawiyah di Jakarta, Selasa (12/1). Ma'ruf mengapresiasi kegiatan tersebut yang bertujuan menggali cara dakwah efektif.

"Di tengah hiruk pikuk dan suasana yg memilukan di berbagai negara Islam, Indonesia, alhamdulillah, masih dalam keadaan tenang dan aman," ujarnya.

Menurut Kiai Ma'ruf karena umat Islam Indonesia mampu menjaga Islam yang damai, ramah, dan santun seperti yang diajarkan Rasulullah SAW.  Karena itulah, dakwah Islam di Indonesia menekankan kerelaan.

"Dakwah di Indonesia tidak memaksa dan bukan Islam yang fanatik," ujarnya.

Kiai Ma'ruf mengatakan, Islam mengajarkan untuk bertoleransi dalam menghadapi kelompok yang tak seiman. Hal itu tertuang dalam Alquran Surat Al Kafirun ayat enam yang berbunyi lakum dinukum wa liya din (Bagimu agamamu dan bagiku agamaku).

Ia pun berpesan, semestinya hal itu juga diterapkan dalam menyikapi perbedaan mazhab dan juga pandangan politik. Akan tetapi, Kiai Ma'ruf juga mengingatkan toleransi tidak berlaku pada pandangan yang menyimpang dari semangat kebersamaan dan kebangsaan.

"Perbedaan harus ditoleransi tapi kalau ada penyimpangan harus diamputasi," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement