Rabu 23 Dec 2015 21:40 WIB

PBNU: Dua Peristiwa Besar Perkuat Toleransi di Indonesia

Ketua Umum PBNU Said Aqil Siroj menyampaikan pidatonya pada acara Pembacaan Pesan Moral Kebangsaan dan Catatan Akhir Tahun, bertajuk “Anak Ayam Tak Boleh Kehilangan Induknya” di Jakarta, Rabu (23/12).
Foto: Republika/ Darmawan
Ketua Umum PBNU Said Aqil Siroj menyampaikan pidatonya pada acara Pembacaan Pesan Moral Kebangsaan dan Catatan Akhir Tahun, bertajuk “Anak Ayam Tak Boleh Kehilangan Induknya” di Jakarta, Rabu (23/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengurus Besar Nahdlatul Ulama mensyukuri terjadinya dua perayaan agama berbeda, kelahiran Nabi Muhammad SAW (Maulid Nabi) serta Hari Raya Natal, yang waktunya hampir bersamaan, sehingga dapat mewujudkan toleransi antarumat beragama.

"Kami sangat bersyukur di penghujung 2015 ada dua peristiwa besar yang harus kita syukuri yaitu Maulid Nabi dan Natal," kata Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj di Jakarta, Rabu (23/12).

Atas dasar itu, Said berharap kerukunan dan toleransi antarumat beragama semakin baik. "Kita semua harus menghindari terjadinya intoleransi umat beragama," kata dia.Pada tahun ini, Maulid Nabi jatuh pada 24 Desember dan Natal pada tanggal 25 Desember.

 Peristiwa semacam ini sendiri sangat jarang terjadi.Maulid merupakan peringatan kelahiran Nabi Muhammad yang biasa dirayakan umat Muslim sesuai penanggalan Qomariyah (Hijriah) atau setiap 12 Rabiul Awwal.Sementara itu, Natal adalah perayaan umat Kristiani dalam mengenang kelahiran Isa Almasih yang diperingati setiap 25 Desember sesuai kalender Syamsiyah (Masehi).

Sementara itu, Pimpinan Pusat Dewan Masjid Indonesia (PP DMI) mengimbau umat Islam memanfaatkan momentum Maulid Nabi untuk membina akhlak mulia.Ketua PP DMI Bidang Hukum, Sarana dan Waqaf, Muhammad Natsir Zubaidi, juga mengatakan Maulid Nabi harus diperingati dengan suka cita tanpa pesta pora berlebihan.

"Umat justru harus termotivasi untuk merayakan Maulid Nabi dalam konteks berlomba-lomba dalam berbuat kebajikan," kata Natsir yang juga Wakil Sekretaris Dewan Pertimbangan (Wantim) Majelis Ulama Indonesia (MUI) ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement