Jumat 16 Oct 2015 21:16 WIB

Dua Bentuk Hijrah yang Perlu Dipahami

Rep: Hanan Putra/ Red: Agung Sasongko
Hijrah, ilustrasi
Hijrah, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Daiyah hijrah, Ustazah Syifa Nur Fadhilah, mengelompokkan hijrah pada dua bentuk, yakni hijrah makani (tempat) dan hijrah maknawi (pemaknaan). Hijrah pada zaman Rasulullah SAW adalah hijrah makani, yakni berpindah tempat dari Makkah ke Madinah.

Namun, menurut Syifa, pemaknaan dari hijrahlah yang terpenting. "Hijrah maknawi ini maknanya sangat dalam. Contohnya, kita hijrah dengan mengubah sikap kita dari buruk ke baik. Awalnya suka maksiat, sekarang suka ibadah," jelasnya.

 

Dalam Alquran, ada tiga golongan yang akan mendapatkan rahmat Allah. Firman Allah SWT, "Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah." (QS al-Baqarah [2]: 218).

Menurut Ustazah Syifa, hijrah sejalan dengan keimanan dan perjuangan (berjihad) di jalan Allah SWT. "Jadi, orang yang hijrah itu orang beriman yang harus punya sifat-sifat jihad," katanya.

Menurut Ustazah Syifa, keberkahan hijrah tidak hanya bagi mereka yang mengalami peristiwa hijrah, yakni kaum Muhajirin dan Anshar. Orang-orang yang mengikuti jejak mereka, yakni hijrah secara maknawi tentu akan memperoleh keberkahan pula.

Firman Allah SWT, "Assabiqunal Awwalun (orang yang pertama masuk Islam) dari Muhajirin dan Anshar dan orang yang mengikuti mereka dengan ihsan (kebaikan), Allah SWT ridha kepada mereka dan menyediakan bagi mereka surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya." (QS at-Taubah [9]: 100).

"Jadi, tidak hanya Muhajirin dan Anshar yang mendapatkan surga tersebut, tapi juga setiap orang yang mengikuti cara kerja, berpikir, bercita-cita, bersifat, berkreasi, dan mempunyai ide yang sama dengan mereka," ujarnya.

Ketika telah memilih jalan hijrah dan meninggalkan keburukan menuju kebaikan, Ustazah Syifa memesankan agar senantiasa istiqamah. "Kesadaran ma'iyatullah (bersama Allah) harus setiap saat dijaga. Ada CCTV Allah yang selalu mengintai dan memantau kita. Kita meyakini Allah selalu bersama kita. Apa yang kita lakukan selalu dalam koridor Allah SWT. Hijrah bukan hanya di bulan Muharam, melainkan juga di setiap detik dan waktu kita bisa hijrah menuju hal yang lebih baik," katanya menambahkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement