Sabtu 01 Aug 2015 19:40 WIB
Muktamar Muhammadiyah

Persoalan Kebangsaan Perlu Dibahas di Muktamar

Rep: Issha Haruma/ Red: Indah Wulandari
Warga melintas di depan spanduk penyambutan peserta Muktamar ke-47 Muhammadiyah di Kampus Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar, Sulawesi Selatan, Ahad  (26/7).
Foto: ANTARA FOTO/Yusran Uccang
Warga melintas di depan spanduk penyambutan peserta Muktamar ke-47 Muhammadiyah di Kampus Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar, Sulawesi Selatan, Ahad (26/7).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Persoalan kebangsaan merupakan tema yang tetap aktual untuk didiskusikan dalam Muktamar Muhammadiyah.

“Kita sedang mengalami krisis keteladanan," kata Wakil Rektor II Universitas Muhammadiyah Surabaya Maksum Jayadi dalam Seminar Kebangsaan Peneguhan Gerakan Kebangsaan di kampus Universitas Muhammadiyah Surabaya, Sabtu (1/8).

Akibatnya, semangat nasionalisme mulai meluntur. Lunturnya semangat nasionalisme ini sangat dirasakan dan bisa dengan mudah ditemukan, seperti anak muda yang tak hapal lagu Indonesia Raya.

"Ini merupakan indikator semakin lemahnya nasionalisme," ujarnya.

Bila hal demikian dibiarkan terus terjadi, ujarnya, maka bangsa ini akan mengalami disintegrasi. Masalah kebangsaan pun bertambah dengan semakin maraknya gerakan radikalisme yang mengatasnamakan agama saat ini.

Ia berharap para pemuda Muhammadiyah dapat memperkokoh Islam berkemajuan karena radikalisme bertentangan dengan ideologi Muhammadiyah. "Ini harus diejawantahkan dalam gerakan pembaruan," kata dia.

Ketua MPR Zulkifli Hasan juga mengatakan, jika berbicara mengenai gerakan kebangsaan, maka Muhammmadiyah dapat menjadi contoh yang baik.

Ia pun mengutip pesan Tjokroaminoto untuk menghadapi situasi yang penuh dengan kompetisi yang tak mudah. Pesan tersebut berbunyi 'semurni-murninya tauhid, setinggi-tingginya ilmu dan sepandai-pandainya siasat'.

Bangsa Indonesia, lanjut Zulkifli, mempunyai cita-cita mempertahankan kedaulatan, memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. "Apakah hal demikian sudah dilakukan oleh pemerintah? Itu yang perlu dikaji," ujarnya.

Dalam kesempatan itu, Zulkifli mengatakan, untuk mencerdaskan kehidupan bangsa tidak hanya mendorong anak sekolah tapi perlu juga melakukan gerakan pencerahan. Pencerahan terhadap bangsa, lanjutnya, tak kalah penting dengan pendidikan. Bila tak ada pencerahan maka konfik akan terus terjadi.

Ia pun mendukung jihad konstitusi yang dilakukan oleh Muhammadiyah. "Ini lebih berarti sebab kalau UU tak berpihak pada rakyat itu akan berdampak sekali," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement