Kamis 30 Jul 2015 01:45 WIB

Jelang Muktamar, Terjadi Pembusukan di Tubuh NU

Rep: Nashih Nashrullah/ Red: Erik Purnama Putra
Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj dan Waketum PBNU As'ad Said Ali
Foto: pbnu
Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj dan Waketum PBNU As'ad Said Ali

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kaukus Pemuda Nahdlatul Ulama (KPNU), sekumpulan anak muda yang aktif di kultural NU, menyampaikan keprihatinan terhadap kondisi organisasi kemasyarakatan berbasis massa Islam terbesar tersebut. Jelang Muktamar ke-33, disebut telah terjadi pembusukan di tubuh NU oleh kelompok tertentu.

“Yang terbaru adalah statemen Wakil Ketua Umum, Pak As’ad Said Ali yang menyebut Ahlul Halli wal Aqdi baik di permukaan tapi, busuk di dalamnya. Kami sayangkan itu karena kami tahu orang-orang di sekitar Pak As’ad, para tim suksesnya, adalah sebagain yang ikut merencanakan bagaimana Ahlul Halli wal Aqdi diterapkan di Muktamar,” ujar Ketua KPNU Agus Susanto di Jakarta, Rabu (29/7).

Agus menambahkan, pihaknya menduka As’ad Said Ali berstatemen demikian untuk merebut simpati pengurus wilayah dan cabang NU selaku pemilik hak suara, yang sebelumnya sudah menyatakan menolak pemberlakuan Ahlul Halli wal Aqdi dalam Muktamar. Ahlul Halli wal Adqi adalah metode yang akan diterapkan dalam pemilihan Rais ‘Aam di Muktamar ke-33 NU.

“Kami melihat PBNU saat ini menjadi sasaran tembak, dibuat seolah-olah salah di muka pengurus wilayah dan cabang Nahdlatul Ulama,” kata Agus.

 

KPNU juga menjelaskan kronologi ditetapkannya Ahlul Halli wal Aqdi untuk diterapkan di Muktamar ke-33, yaitu dimulai usulan dalam Rapat Pleno PBNU di Wonosobo pada 2013, serta dibahas di Munas Alim Ulama NU sebanyak dua kali di Jakarta pada 2014 dan 2015.

Munculnya usulan, dibahas, dan ditetapkannya Ahlul Halli wal Aqdi karena metode tersebut dianggap mampu menghindarkan kemungkinan pemilihan Rais ‘Aam bersifat politis. “Jadi semua unsur di PBNU harus bertanggung jawab. Jangan lepas tangan ketika arus penolakan kuat, sehingga ada pihak yang seolah-olah menanggung kesalahan,” tegas Agus.

Hal lain yang disebut sebagai pembusukan adalah munculnya isu akan dihapuskannya posisi A’wan dan Mustasyar oleh PBNU untuk kepengurusan mendatang. Isu tersebut juga dianggap digulirkan oleh kelompok tertentu yang sudah menyatakan maju dalam Muktamar ke-33 NU mendatang.

“Padahal itu tidak benar. Kami sudah mengkonfirmasinya ke Ketua Umum PBNU, Kiai Said Aqil Siradj, yang menegaskan PBNU sama sekali tidak memiliki niatan menghapus A’wan dan Mustasyar,” tegas Agus.

Dalam pernyataannya KPNU meminta semua pihak dapat menggunakan cara-cara yang santun dalam pencalonannya di Muktamar ke-33 NU. Langkah pembusukan, disebut sebagai tindakan yang justru merugikan NU di mata masyarakat dan dunia internasional.

“Ingat, Muktamar nanti berlangsung di Jombang, tanah di mana NU dilahirkan. Jangan membuat para pendiri NU menangis karena persaingan kotor di antara para penerus di kepengurusan NU,” katanya.

Nahdlatul Ulama akan menggelar Muktamar ke-33 di Jombang, Jawa Timur, pada 1–5 Agustus mendatang. Sejumlah nama sudah muncul ke permukaan untuk mencalonkan diri, di antaranya KH Hasyim Muzadi untuk posisi Rais ‘Aam, serta KH Said Aqil Siradj, KH Sholahuddin Wahid, H As’ad Said Ali, dan H Muhammad Adnan untuk posisi Ketua Umum Tanfidziyah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement