Kamis 21 May 2015 08:41 WIB

Meraih Shalat Khusyuk (1)

Rep: Hannan Putra/ Red: Indah Wulandari
Pelajar SD Muhammadiyah menjalankan shalat Dhuha di Jakarta, Rabu (29/4). (Republika/ Tahta Aidilla)
Foto: Republika/ Tahta Aidilla
Pelajar SD Muhammadiyah menjalankan shalat Dhuha di Jakarta, Rabu (29/4). (Republika/ Tahta Aidilla)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Khusyuk adalah capaian terpenting dalam shalat. Shalat yang khusyuklah yang menjadi kekuatan bagi umat Islam.

Shalat bukan hanya sekedar pelepas hutang atau penggugur kewajiban. Tetapi shalat merupakan pertemuan hamba dengan Sang Khaliq. Ketika itulah si hamba mengadu dan bermunajat kepada Rabbnya.

Menurut Ketua Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama Dr KH Zakky Mubarok, shalat yang khusyuk bisa mencegah perbuatan keji dan mungkar. Shalat yang baik mempunyai dampak positif dalam kehidupan.

"Kalau kita sudah bisa mencegah perbuatan keji dan mungkar, minimal untuk diri kita sendiri, berarti shalat kita sudah bagus," paparnya, akhir pekan lalu.

Pengertian shalat pun, menurutnya, dikelompokkan menjadi tiga definisi. Yakni, definisi secara etimologi (bahasa), secara lahiriah, dan secara batiniah.

Pertama, shalat menurut etimologis, yaitu doa dan pujian. Memang bisa ditelusuri dari bacaan-bacaannya, semuanya adalah pujian dan doa yang dipanjatkan kepada Allah SWT.

Kedua, shalat dalam artian lahiriah banyak dijabarkan dalam kitab-kitab fikih dan syariah sebagai suatu ibadah yang terdiri dari perbuatan dan ucapan, diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam dengan syarat-syarat tertentu.

Lalu, shalat secara rohaniah, yakni menghadapkan wajah kepada Allah SWT dengan menghadirkan hati secara khusyuk serta dengan penuh keikhlasan yang murni.

“ Itu semua kita lakukan semata-mata untuk mengharap ridho dari Allah SWT,” tegas Zakky.

Sementara, definisi ahalat yang khusyuk itu, diakuinya, bukan berarti kita tidak ingat apa-apa. Kondisi itu, menurutnya, tidak akan mungkin terjadi.

“Khusyuk adalah menghadirkan hati kita, bahwa di dalam shalat kita sedang berkomunikasi dengan Allah SWT. Begitu kita ingat yang lain, kita kembali fokus dan kembali menghadirkan hati,” tegasnya.

Misalnya, ketika takbiratul ikhram dan membaca Allahu Akbar (Allah Maha Besar), maka umat Muslim merasakan keagungan Allah SWT yang tidak terbatas. Serta benar-benar meresapi makna Allahu Akbar dan merasakan keagungan Allah SWT yang Maha Besar dari segala sesuatu.

Selain itu, umat Muslim harus memahami bacaan-bacaan shalat. Ketika mengerti bacaan shalat yang, tentu shalat menjadi terasa indah sekali.

“Kita akan larut dalam menghayati bacaan shalat yang indah, sehingga kita merasakan sedang berkomunikasi dengan Allah SWT,” tegasnya.

Selanjutnya, seorang Muslim juga harus memahami syarat, rukun, serta sunnah-sunnah di dalam shalat secara baik. Termasuk tata cara shalat yang diajarkan Rasulullah SAW mengenai shalat. Kemudian, tunaikanlah shalat itu dengan ikhlas.

“Dimanapun kita shalat, shalat kita itu tetap sama. Kadang kan ada orang, kalau shalatnya sendiri itu shalatnya asal-asalan. Kalau shalat dihadapan orang saja, baru shalatnya bagus dan alangkah khusyuk. Itu berarti shalatnya bukan ikhlas karena Allah, tapi karena orang lain,” urai Zakky.

Lalu, perlu diciptakan suasana shalat yang kondusif. Misalkan, menghidari shalat di samping makanan yang sudah terhidang. Demikian juga handphone yang berpotensi akan berbunyi ketika shalat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement