Kamis 07 May 2015 22:31 WIB

Guru Agama di Sekolah Berpeluang Besar Ciptakan Perdamaian

Dialog guru lintas agama Balitbang Kemenag, Kamis (7/5)
Foto: dok Balitbang Kemenag
Dialog guru lintas agama Balitbang Kemenag, Kamis (7/5)

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG-- Sekolah mempunyai posisi strategis memberikan pemahaman tentang perdamaian, penghargaan atas perbedaan, dan toleransi. Untuk itu, potensi besar sekolah dalam menjaga perdamaian perlu dioptimalkan.    

Kepala Badan Litbang dan Diklat Kemenag  Abdurrahman Mas’ud, mengatakan salah satu yang perlu diperkuat dalam konteks ini adalah peran guru agama di Sekolah. Ia menggarisbawahi pentingnya memberikan pembekalan terhadap guru agama dengan pemahaman lintas budaya (cross culture understanding), pendidikan multikultural (multiculture of education) dan metode-metode pembelajaran agama yang modern. "Dengan pola itu, maka agama jauh dari konflik," katanya dalam Dialog Lintas Guru Agama di Sekolah di Semarang, Kamis (7/5).

Kegiatan yang diikuti oleh ratusan guru di Semarang jawa Tengah pada Kamis (07/05) ini merupakan bagian dari upaya Kemenag untuk memberikan bekal guru agama tentang cross culture understanding. “Sekolah harusnya menjadi agen perdamaian,” katanya.

Kapuslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan Hamdar Arraiyyah mengatakan, dalam mengakomodasi terwujudnya budaya damai melalui pendidikan agama, Kemenag mengupayakan terwujudnya budaya dialog lintas guru agama. “Kemenag punya tanggungjawab besar dalam mendorong guru agama untuk memberikan ilmu positif tentang agama berwawasan damai,” kata Hamdar.  

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo melalui sambutan yang dibacakan oleh  Asisten Kesra  Budi Wibowo menegaskan mengenai pentingnya guru agama diberi amunisi agama yang cinta damai. Menurutnya, guru agama mempunyai tanggung jawab yang sangat berat, terutama dalam menanamkan moralitas, kesantunan, budi luhur, dan kecerdasan. Selain itu, guru agama juga mempunyai kewajiban dalam menjaga keutuhan negara Indonesia dengan kedamaian dan kerukunan.

Budi menilai, selama ini muatan pendidikan agama masih bersifat normatif-kognitif dengan menanamkan satu keyakinan bahwa agamanya yang paling benar. Menurutnya, soal ritual memang benar bahwa agamaku adalah agamaku dan agamamu juga agamamu. Namun dalam makna luas, agama merupakan ajaran yang menanamkan nilai multikultural, kebersamaan dengan mengedepankan dialog.

Kepala Bidang Litbang Pendidikan Formal, Nurudin, menjelaskan bahwa kegiatan dialog lintas guru agama bertujuan menumbuhkembangkan wawasan budaya damai, meningkatkan kesadaran dan kelancaran komunikasi lintas guru agama, dan sebagai alat bantu guru pendidikan agama untuk mengembangkan pendidikan agama berwawasan budaya damai.

Selain penyampaian materi terkait hasil riset Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan, kegiatan ini juga diisi dengan kunjungan ke rumah ibadah, bakti sosial bersama, kampanye anti kekerasan,serta kemah bersama. “Diharapkan dengan kegiatan ini terwujud budaya damai dalam konteks Indonesia yang majemuk dimulai dari sekolah,” harapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement