Senin 30 Mar 2015 07:36 WIB

Serbu Pesantren, Densus 88 Antipati Umat Islam

Personil Densus 88 Antiteror Mabes Polri  mengawal petugas yang membawa barang bukti usai melakukan penggeledahan di kediaman Tuah Febriwansyah   yang diduga terlibat dalam jaringan ISIS di Setu, Tangerang Selatan, Banten, Ahad (22/3).
Foto: Antara/Muhammad Iqbal
Personil Densus 88 Antiteror Mabes Polri mengawal petugas yang membawa barang bukti usai melakukan penggeledahan di kediaman Tuah Febriwansyah yang diduga terlibat dalam jaringan ISIS di Setu, Tangerang Selatan, Banten, Ahad (22/3).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Tindakan penyerbuan Detasemen Khusus 88 (Densus 88) ke dalam lingkungan Pesantren Tahfizhul Qur'an al Mukmin, Malang diyakini sebagai bentuk antipati terhadap umat Islam.

“Terbukti banyak tindakan mereka di luar prosedur pengamanan dan terkesan kontraproduktif. Hati- hati mereka memang sudah penuh sikap antipati dan kebencian terhadap Islam dan umat Islam,” cetus Wasekjen Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Tengku Zulkarnain, Senin (30/3).

Pimpinan ormas Islam dan pimpinan MUI, menurutnya, pernah berdialog langsung dengan Kapolri yang waktu itu dijabat Timur Pradopo terkait tindakan Densus 88. Lantaran mereka sering menyeret orang tak bersalah sebagai target operasi mereka.

Ia menilai, tindakan Densus 88 yg terkesan mendramatisir dan arogan ini utk menunjukkan kepada negara asing agar Densus 88 terlihat hebat dan sukses. Sehingga, disinyalir dana bantuan tersebut akan terus mengalir deras.

“Jika benar Densus 88 menerima dana bantuan dari negara asing, maka kita meminta BPK dan kalau perlu KPK mengaudit dana ke Densus 88 selama ini,” harap Tengku.

Sedangkan, untuk urusan penanganan masalah keamanan terorisme, Tengku menyarankan agar  dikembalikan ke Badan Intelijen Nasional. Lantaran terbukti bekerja lebih rapi, profesional, dan tidak serampangan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement