Sabtu 18 Oct 2014 07:20 WIB

Pendidikan Islam Menjawab (3-habis)

Sejumlah santri pesantren mengikuti pengajian
Foto: Antara/Rudi Mulya/ca
Sejumlah santri pesantren mengikuti pengajian

Oleh: Ratna Ajeng Tejomukti     

Pendidikan sahabat tidak terlepas dari didikan Rasulullah menggunakan Alquran dan hadis. Pendidikan Islam tersebut tentu akan berhasil menciptakan generasi Islami ketika Alquran dan hadis menjadi pedoman utama.

Mereka akan memiliki karakter luar biasa dari sisi kepemimpinan, keimanan, dan kezuhudan. Sedangkan saat ini di Indonesia, pendidikan Islam hanya diterapkan setengah-setengah.

Analisis Ustaz Amir ini dikarenakan kuri kulum yang digunakan masih mengadopsi kurikulum sekuler, dari tingkat SD hingga perguruan tinggi. “Termasuk pelajaran agama Islam,” tegasnya. “Kita bisa melihat,” kata Ustaz Amir, “pelajaran agama Islam yang tidak terintegrasi dengan ilmu kauniyah.”

Umat Islam masih memisahkan antara pelajaran sains dan ilmu Islam. Padahal seluruh ilmu yang ada saat ini bersumber pada Alquran dan hadis termasuk matematika dan sains lainnya.

Pendidikan Islam selalu mengacu pada keimanan yang terlebih dahulu di pelajari baru ilmu akal. Tetapi, di Indonesia aturan tersebut dibalikkan, seolah-olah siswa didoktrin jika ilmu tentang ketauhidan itu tidak terlalu penting.

“Sejak kecil, anak-anak telah diberikan kursus macam-macam seperti bahasa Inggris, matematika, dan seni tetapi ilmu keimanan dan ketauhidan tidak didahulukan,” kritik Ustaz Amir. Perilaku yang baik dari anak-anak akan terbentuk ketika kalbu mereka telah dididik dengan iman terlebih dahulu.

Selain pendidikan spiritual, emosional, dan intelektual, seorang anak perlu dididik untuk memiliki kecerdasan sosial. Tentunya keempat kecerdasan ini dapat dimiliki ketika keluarga, sekolah, dan masyarakat saling membantu membentuk karakter mereka.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement