Ahad 08 Jun 2014 06:29 WIB

Aisyiyah Harus Terus Jadi Pencerah

Muktamar Aisyiyah.
Muktamar Aisyiyah.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Neni Ridarineni

Aisyiyah adalah organisasi perempuan yang tertua di Indonesia.

SOLO -- Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Din Syamsuddin menyeru seluruh anggota Aisyiyah agar selalu menampilkan hayatan thayyibah, yakni kehidupan yang berkualitas dalam kehidupan sehari-hari.

Kehidupan yang berkualitas itu, kata Din, dimulai dengan memberi gizi yang baik kepada anak-anak sejak lahir, memberi sandang dan pangan yang baik, serta menciptakan suasana yang berkualitas.

"Aisyiyah juga harus siap memberikan pencerahan yang terus-menerus. Sesuai dengan tema Sidang Tanwir II Aisyiyah, Penguatan Gerakan Dakwah Pemberdayaan untuk Pencerahan Masyarakat," ujar Din.

Din mengatakan hal itu ketika membuka Sidang Tanwir II Aisyiyah Periode 2010-2015, Jumat (6/6) malam. Tanwir II Aisyiyah berlangsung di Stikes Aisyiyah pada 6-8 Juni, di Solo, Jawa Tengah.

Din juga mengajak seluruh keluarga besar Aisyiyah agar senantiasa bersyukur terhadap nikmat Tuhan karena organisasi otonom (ortom) perempuan Muhammadiyah sudah berusia satu abad.

Ketua umum MUI Pusat itu juga mengingatkan agar Aisyiyah kian gencar mensyiarkan kegiatannya karena masih banyak yang tidak tahu Aisyiyah adalah organisasi-perempuan tertua di Indonesia.

"Masih banyak yang belum tahu ternyata Aisyiyah merupakan organisasi perempuan yang terkuat, yang terbesar,'' ungkap Din.

Apalagi, kata Din, Aisyiyah memiliki banyak amal usaha, baik dalam bidang pendidikan, pelayanan kesehatan, pelayanan sosial, ekonomi, maupun bentuk dakwah pencerahan lainnya.

Ketua Umum PP Aisyiyah Siti Noordjannah Djohantini menegaskan, Tanwir Aisyiyah memiliki arti yang penting dan strategis, yakni bertepatan dengan satu abad Aisyiyah dan dilaksanakan pada tahun politik.

Menurut dia, bangsa Indonesia akan memasuki pergantian kepemimpinan nasional yang krusial sehingga memerlukan kecermatan dan kecerdasan dalam menghadapinya.

Bagi Aisyiyah, kata Noordjannah, satu tahun ke depan adalah waktu yang krusial dan sangat menentukan bagi pencapaian program Muktamar ke-46 (periode 2010-2015).

Sejumlah program, kata dia, masih memerlukan penguatan dan optimalisasi agar mencapai tujuan seperti yang diputuskan pada Muktamar 2010.

''Di bidang tabligh dan pembinaan keagamaan, Aisyiyah masih perlu meningkatkan kualitas pemahaman Islam yang berkemajuan," ungkap Noordjannah.

Di bidang pembinaan keluarga sakinah dan qoriyah thayyibah juga masih memerlukan penguatan. Kedua model program tersebut merupakan leading sector gerakan Aisyiyah yang masih banyak kendala dalam aktualisasinya terutama pada masyarakat akar rumput.

Di bidang dakwah, lanjut dia, Aisyiyah dihadapkan pada tantangan yang sangat kompleks, yakni terkait dengan persoalan bangsa yang hingga kini masih menjadi beban bangsa yang memerlukan perhatian dan komitmen dakwah Aisyiyah.

Berbagai permasalahan tersebut antara lain masih tingginya kemiskinan dan kesenjangan sosial, korupsi yang menggurita di tengah penegakan hukum yang masih memprihatinkan, kekerasan dan konflik sosial di masyarakat, kekerasan terhadap perempuan dan anak, kualitas kesehatan yang masih rendah, serta mekarnya sikap dan perilaku yang cenderung hedonis.

"Yang sangat memprihatinkan adalah erosi nilai dan cita-cita berbangsa dan bernegara,'' tegas Noordjannah. Khusus terkait permasalahan kekerasan terhadap anak, Noordjannah menegaskan, Indonesia saat ini sudah ada pada kondisi darurat.

Menurut dia, kasus kekerasan tersebut dalam kategori kejahatan yang kejam dan tidak beradab karena dilakukan terhadap anak-anak yang semestinya wajib dilindungi.

Apalagi, pelakunya orang dewasa dan dilakukan secara terencana. ''Hal tersebut dapat dikategorikan kejahatan luar biasa."

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement