Selasa 12 Feb 2019 14:14 WIB

MUI akan Kirim Dai ke Pedalaman Papua

Para dai tengah menjalani proses seleksi.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Agung Sasongko
Sejumlah mama muslim Wamena memilih batu panas yang akan diletakkan ke lobang bakar batu di Kampung Meteo, Kota Jayapura, Papua, Ahad (5/6). (Antara/Indrayadi TH)
Foto: Antara/Indrayadi TH
Sejumlah mama muslim Wamena memilih batu panas yang akan diletakkan ke lobang bakar batu di Kampung Meteo, Kota Jayapura, Papua, Ahad (5/6). (Antara/Indrayadi TH)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat Majelis Ulama Indonesia (MUI) akan mengirim dai ke pedalaman Papua Barat pada akhir bulan ini. Saat ini para dai yang akan dikirim ke pedalaman melalui program Indonesia Berkhidmat masih diseleksi.

Wakil Sekretaris Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat MUI, KH Misbahul Munir mengatakan, sedang merekrut para dai untuk dikirim ke pedalaman Papua. Para dai tersebut diambil dari pesantren-pesantren yang sudah terbiasa mengirim dai ke berbagai daerah.

"Kita siapkan dan berangkatkan sepuluh orang dai pada akhir Februari ke Papua, mereka akan diterima secara seremonial (MUI Papua Barat), kemudian didistribusikan ke masing-masing tempat," kata KH Misbahul kepada Republika.co.id, Selasa (12/2).

Ia menerangkan, kriteria dai yang akan dikirim ke pedalaman sederhana saja. Mereka harus bisa memimpin sholat dan menjadi Imam Rawatib. Serta bisa khotbah dan memimpin berbagai kegiatan keagamaan. Jadi dai-dai yang memiliki kemampuan seperti itu yang diinginkan MUI.

Ia menambahkan, para dai yang akan dikirim ke Papua diutamakan masih muda dan belum nikah karena akan bertugas selama setahun. Serta dibutuhkan dai yang bisa konsentrasi mendidik masyarakat. Sebab mereka akan membina umat Islam di pedalaman, bukan melakukan Islamisasi.

"Kalau ada madrasah, para dai manfaatkan madrasah, kalau ada majelis taklim, manfaatkan majelis taklim, tentu para dai juga harus memiliki daya juang yang kuat," ujarnya.

MUI berpandangan, di pedalaman Papua ada umat Islam yang jauh dari jangkauan ulama. Jadi sasaran MUI adalah umat Islam, bukan umat lain. MUI menilai ajaran Islam Wassatiyah harus sampai ke masyarakat. Maka fokus perhatian MUI menyebarkan Islam Wasatiyyah dan rahmatan lil alamin.

Sebelumnya, Ketua MUI Provinsi Papua Barat, Ustaz Ahmad Nausrau mengatakan, Papua membutuhkan dai yang mau berjuang di pelosok dengan segala keterbatasan. Sebab kondisi geografis di tanah Papua berbeda dengan daerah lainnya. Jadi dai yang dikirim ke kampung-kampung butuh ketahanan dan kesabaran.

"Kampung itu ada di pelosok jauh dari perkotaan, untuk ke sana tidak mudah harus lewat laut, jalan kaki dan kondisi alam serta kultur masyarakat menjadi tantangan, harapannya dai bisa sabar untuk kerja keras perbaiki kultur masyarakat," jelasnya.

Ia menjelaskan, Papua membutuhkan dai yang mau ditempatkan di kampung yang terisolir. Mungkin di sana akan kesulitan menggunakan telepon karena tidak ada jaringan komunikasi. Oleh sebab itu MUI Papua Barat mengharapkan dai yang mau prihatin, berjihad dan memahami kondisi di Papua.

MUI Papua Barat menginformasikan, umat Islam di kampung-kampung banyak yang masih awam dengan Islam. Bahkan banyak yang belum bisa membaca dan menulis Alquran. Karenanya, MUI Papua Barat sedang menggalakan program pemberantasan buta aksara Alquran. Program tersebut disinergikan dengan program Indonesia Berkhidmat MUI Pusat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement