Sabtu 09 Feb 2019 12:40 WIB

Nasihat Nabi Sebelum Akhiri Masa Lajang

Menikah diartikan sebagai suatu ikatan yang termasuk dalam syariat Islam

Rep: Dea Alvi Soraya/ Red: Agung Sasongko
Menikah/ilustrasi
Menikah/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menikah diartikan sebagai suatu ikatan yang termasuk dalam syariat Islam. Menikah pada dasarnya merupakan ikatan yang menyatukan laki-laki dan perempuan dalam hubungan yang halal dan sah untuk mendapatkan keturunan yang baik.

Rasulullah SAW menggolongkan menikah sebagai salah satu perbuatan sunah yang mengibaratkan nikah sebagai upaya membangun kehidupan yang bahagia, penuh rah mat, dan kasih sayang.

"Nikah adalah sunahku. Barangsiapa enggan menikah maka ia tidak termasuk dari golongan umatku." (HR Ibnu Majah) Selain itu, Rasulullah juga melarang umatnya menyendiri untuk waktu yang lama. Seperti yang dikatakan Samurah, "Rasulullah SAW melarang seseorang untuk membujang." (HR An-Nasa'i dan Tirmidzi).

Bagi para akhwat yang tengah bimbang untuk mengakhiri masa lajang, Rasulullah memberikan beberapa kriteria yang pantas dijadikan sebagai imam dan kepala keluarga, ya itu pria yang bagus agama dan akhlaknya.

Nabi bersabda, "Apabila datang kepadamu laki-laki yang kamu rasakan menyenangkan dari segi budi pekerti dan agamanya maka nikahkanlah dia. Apabila kamu tidak melakukannya, akan terjadi fitnah dan kerusakan besar di atas bumi ini." (HR Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Hakim).

Kedua, pilihlah pria yang mandiri dan bertanggung jawab. Pria yang mandiri adalah mereka yang mampu bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri. Selain itu, bila meng ambil suatu keputusan maka dia tidak akan takut untuk menerima segala konsekuensinya.

Seorang yang mandiri juga tentu akan mampu mengatur keluarganya sebagaimana dia mampu mengatur dirinya sendiri. Ketiga, penuh kasih sayang. Salah satu jenis pria yang penuh kasih sayang adalah mereka yang suka memperlakukan orang lain dengan lembut.

Asma bin Yazid pernah bercerita, "Se sungguhnya, aku mendandani Aisyah untuk Rasulullah SAW. Kemudian, aku datang kepada beliau dan memanggil beliau agar melihat hasil dandanan Aisyah. Rasulullah pun duduk di samping Aisyah dan membawakan segelas susu. Beliau meminumnya, lalu kemudian diberikan kepada Aisyah, se hingga Aisyah menundukkan kepala karena malu. Lalu, aku mendekatinya dan berkata ke pa da Aisyah, 'Ambillah dari tangan Ra sulullah,' lalu Aisyah mengambil gelas itu dan meminumnya sedikit." (HR Ahmad).

Keempat, pilihlah pria yang berkecukupan dan perhatian kepada keluarga. Suatu hari, Fatimah binti Qais RA berkata bahwa dia menemui Rasulullah dan bertanya, "Sesungguhnya Abil Jahm dan Muawiyah akan meminangku, bagaimana pendapat engkau?" Rasul menjawab, "Muawiyah adalah orang miskin yang tidak punya harta sama sekali. Sedangkan, Abul Jahm adalah orang yang selalu sibuk berpergian." (HR Muslim).

Terakhir, pilihlah pria yang sehat dan rupawan. Ma'qal bin Yasar bercerita, "Se orang lelaki datang menghadap Nabi SAW lalu berkata, 'Sesungguhnya aku mendapati seorang wanita yang baik dan cantik, namun dia tidak bisa melahirkan. Apa sebaiknya aku menikahinya?' Beliau menjawab, 'Jangan.' Lalu, pria itu datang kembali kepada Nabi de ngan tujuan yang sama dan Nabi tetap men cegahnya. Hingga dia datang ketiga kali nya dan Rasul bersabda, 'Nikahilah wanita yang banyak anak karena sesungguhnya aku akan membanggakan banyaknya jumlah kalian di hadapan umat-umat lain.'" (HR Abu Dawud dan An-Nasa'i).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement