Rabu 06 Feb 2019 09:23 WIB

JSIT Jateng Diminta Tingkatkan Kualitas Guru Agama Islam

JSIT berkomitmen bekerjasama dengan Kemenag tingkatkan mutu pendidikan Islam.

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Nashih Nashrullah
Sekolah Islam Terpadu (SIT) Al Iman mengadakan lomba kontes kelas terbaik tahfizh Quran.
Foto: Dok SIT Al Iman
Sekolah Islam Terpadu (SIT) Al Iman mengadakan lomba kontes kelas terbaik tahfizh Quran.

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG— Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT) dinilai masih perlu mendorong peningkatan kompetensi para guru pengampu pelajaran Pendidikan Agam Islam (PAI), di lembaga pendidikannya.

Sekolah Islam Terpadu (SIT), sejauh ini, sudah mampu mengimplementasikan pembelajaran keislaman kepada peserta didik di lingkungan sekolah, namun kompetensi guru PAI perlu disesuaikan dengan perkembangan jaman.

Hal ini terungkap dalam rilis terkait audiensi antara Pengurus JSIT Indonesia Wilayah Jawa Tengah dengan Balai Penelitian dan Pengembangan Kementerian Agama (Balitbang Kemenag) Semarang, baru-baru ini.

Dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Rabu (6/2), Peneliti Balitbang Kemenag Semarang, Siti Muawanah mengatakan, lembaganya telah melakukan penelitian tentang implementasi pembelajaran mata pelajaran pendidikan agama Islam (PAI).

Sasarannya adalah sejumlah sekolah menengah pertama Islam Terpadu (SMPIT) yang berada di wilayah Provinsi Jawa Tengah, DI Yogyakarta serta Provinsi Jawa Timur.

Terkait penelitian ini, Balitbang Kemenag Semarang memberi masukan kepada Pengurus JSIT agar kompetensi para guru PAI di SIT terus ditingkatkan, baik dalam hal model maupun metode pembelajaran.

Sehingga proses belajar menjadi lebih menarik bagi siswa. "Guru PAI diharapkan juga bisa memanfaatkan kemajuan teknologi guna mendukung proses pembelajaran siswa di sekolah," katanya.

Berdasarkan temuan Balitbang Kemenag Semarang di lapangan, jelas Muawanah, masih ada guru PAI di SMPIT yang metode mengajarnya masih menggunakan pola- pola konvensional.

"Sehingga membuat para siswa kurang bersemangat dalam mengikuti pelajaran PAI di sekolah," jelasnya, kepada para pengurus JSIT Indonesia Wilayah Jawa Tengah.

Oleh karena itu, Muawanah berharap kepada pengurus JSIT Indonesia untuk rajin menjalin komunikasi secara intensif dengan Kementerian Agama (Kemenag) RI.

Sehingga program- program pendidikan di lingkungan JSIT bisa bersinergi dengan program dari kementerian, khususnya dalam rangka peningkatan kompetensi para guru PAI.

"Baik dalam hal profesionalisme guru PAI maupun program- program lain yang memungkinkan untuk dikerjasamakan, bagi kemajuan pendidikan agama di negeri ini,” katanya. 

Peneliti lainnya, Muhlis menambahkan, Balitbang Kemenag Semarang mengapresiasi kiprah dan semangat JSIT dalam meletakkan dan mengimplementasikan keislaman di lingkungan pendidikannya. 

Penelitian Balitbang Kemenag Semarang tersebut juga mengungkap pembiasaan mengenai nilai-nilai islami yang telah diimplementasikan SIT mampu menjadi sebuah budaya di lingkungan pendidikan.  

Utamanya dalam pembiasaan- pembiasaan seperti shalat, membaca Alquran, menghafal Alquran, hadis, hingga pembinaan karakter para siswa.

Karena di sekolah Islam terpadu tidak hanya mengajarkan teori, namun sudah langsung dipraktikkan dan diimplementasikan siswa selama berada di sekolah. 

Bahkan peningkatan budaya islami tidak hanya muncul dari kalangan peserta didik, para orang tua siswa juga mendapatkan pengaruh positif dengan meningkatnya keberislaman mereka. 

“Kami sangat mengapresiasi kepada JSIT yang telah mengupayakan semua ini dan sangat positif bagi pendidikan generasi bangsa ke depan," katanya. 

Ketua Umum (Ketum) JSIT Indonesia wilayah Jawa Tengah, Sigit Cahyono mengatakan, audiensi dengan struktur Balitbang Kemenag Semarang, bertujuan untuk menjalin komunikasi dan kemitraan.

Selama ini, Balitbang Kemenag Semarang fokus pada bidang penelitian dan pengembangan dalam bidang keagamaan, termasuk mengonfirmasi hasil penelitian di SMPIT.  

"Tentu ada temuan yang bisa menjadi bahan evaluasi bagi JSIT untuk senantiasa memberikan kontribusi positif bagi pendidikan di Indonesia,” kata Sigit Cayantoro. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement