Kamis 24 Jan 2019 19:21 WIB

Kemenag Antisipasi Menyusutnya Peminat Prodi Agama Islam

Kecenderungan calon mahasiswa sangat pragmatis saat memilih jurusan.

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Nashih Nashrullah
Ilustrasi seleksi mahasiwa
Foto: Dok UIN Ar-Raniry
Ilustrasi seleksi mahasiwa

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Kementerian Agama mengaku akan mengambil berbagai langkah antisipasi mengatasi kecenderungan menyusutnya jumlah peminat program studi (prodi) agam Islam di sejumlah perguruan tinggi agama Islam (PTAI). 

Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) Kementerian Agama (Kemenag), Arskal Salim, mengatakan tahun ini Kemenag mulai mencoba membuka pelaksanaan Pendidikan Profesi Guru (PPG). 

Sebelumnya, program PPG hanya diperuntukkan bagi lulusan fakultas tarbiyah (pendidikan). Namun sekarang, menurutnya, program itu membuka kesempatan lulusan non-tarbiyah untuk menjadi guru. 

Ia menjelaskan, program PPG berlangsung di 35 PTKIN yang telah ditunjuk di seluruh Indonesia. Program itu dilaksanakan selama satu tahun setelah mahasiswa meraih gelar sarjana.

 

Menurut Arskal, program ini menjadi salah satu aspek untuk memotivasi prodi agama yang dianggap kurang memiliki prospek. Sehingga, dengan mendaftar ke prodi agama dan mengikuti program PPG pra-jabatan, lulusan sarjana bisa menjadi guru di madrasah. 

Ia menekankan untuk menjadi guru agama, kini tidak harus lulusan atau sarjana dari Fakultas Tarbiyah saja. Dengan program PPG, guru yang dari prodi agama diperkuat teologinya, sementara calon guru dari fakultas tarbiyah diperkaya konten atau pengajarannya. 

“Ke depan ini akan menjadi semacam pabrik guru baru, tidak lagi konvensional," ujarnya.

Selain program PPG, langkah lain yang dilakukan untuk menarik minat calon mahasiswa terhadap prodi agama adalah melalui pemberian beasiswa. 

Arskal mengatakan, beasiswa biasanya ditawarkan pihak kampus kepada mahasiswa tertentu melalui proses seleksi. 

Ia menuturkan, ada beberapa kampus yang melakukan langkah tersebut supaya prodi agama tetap bertahan dan mencegah agar prodi tersebut tidak tutup. Pasalnya, prodi agama adalah core-bisnis (inti usaha) dari PTKIN.

Arskal mengakui pihaknya belum menghasilkan data dari sebuah kajian atau penelitian terkait sepinya peminat program studi (prodi) agama Islam. Namun, menurutnya, data tersebut tampil dari perbandingan-perbandingan yang dilakukan dengan prodi lainnya. 

"Kami belum bisa menyajikan data yang lebih akurat. Karena kami hanya membandingkannya dari tahun ke tahun saja. Kita melihat prodi ini jumlahnya lebih sedikit dibanding prodi yang lain. Terutama di IAIN dan STAIN yang ada di kota kecil, umumnya tidak banyak yang mendaftar di prodi-prodi tertentu," kata Arskal. 

Arskal mengungkapkan, prodi yang paling banyak diminati di PTKI umumnya adalah prodi-prodi seperti Pendidikan Agama Islam (PAI) di Fakultas Tarbiyah, prodi ekonomi syariah, akuntansi, manajemen.

Sementara itu, menurutnya, prodi agama seperti ilmu hadist, perbandingan agama, filsafat agama, tasawuf, kecil jumlah pendaftar atau peminatnya.

Meski belum ada kajian tentang penyebab kurangnya minat pendaftar di prodi agama, namun, Arskal menilai calon mahasiswa umumnya cenderung berpikir pragmatis. Mahasiswa biasanya berpikir setelah lulus mereka dapat bekerja di suatu instansi atau perusahaan. Bisa dikatakan, jika peluang kerja untuk lulusan prodi agama sedikit.

Ia mengimbau calon mahasiswa tak ragu memilih prodi agama Islam, karena kajian ini juga bagian mencerdaskan kehidupan bangsa.   

Menteri Agama (Menag) Lukman Hakim Saifuddin mengatakan perlunya pengkajian mendalam mengenai alasan kurang diminatinya program studi (prodi) Islam di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN), seperti prodi Ilmu Hadis, Perbandingan Agama, dan Filsafat Agama. Menurut dia terdapat beberapa kemungkinan yang dapat menjadi alasan dibalik hal ini.

"Apakah ini karena faktor adanya persepsi tertentu di kalangan generasi muda kita, bahwa prodi seperti itu kurang memberikan harapan ke depan? Bisa saja karena persepsi yang tidak benar itu, atau mungkin cara kita mempromosikan kurang baik sehingga kurang diketahui prodi tersebut,” kata Menag saat peluncuran Seleksi Prestasi Akademik Nasional dan Ujian Masuk PTKIN (SPAN-UM PTKIN) 2019 di Hotel Borobudur, Jakarta, Rabu (23/1).

Ia berharap, prodi agama Islam dapat diminati calon mahasiswa, bukan sebaliknya. Setidaknya diperlukan kesadaran secara matang bahwa keilmuan keagamaan terdapat di PTKIN.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement