Selasa 22 Jan 2019 00:05 WIB

Menag Ingatkan Gejala Desepsi Ajaran Agama

Penistaan hingga kekerasan berkedok agama adalah kesalahan menyerap ajaran agama.

Menteri Agama RI,  Lukman Hakim Saifuddin saat wawancara  bersama Republika di Jakarta, Sabtu (22/12).
Foto: Republika/Iman Firmansyah
Menteri Agama RI, Lukman Hakim Saifuddin saat wawancara bersama Republika di Jakarta, Sabtu (22/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengingatkan adanya gejala desepsi terhadap ajaran agama. Yaitu dengan munculnya fenomena perang urat syaraf yang berujung pada penistaan, caci maki, bahkan kekerasan fisik yang dibungkus dengan agama.

"Hal ini dapat mengancam persatuan bangsa dan mendesepsi ajaran agama Islam yang sebenarnya. Tahun politik yang panas harus disikapi dengan dingin oleh segenap umat beragama di Indoensia agar persatuan Indonesia tetap terjaga," kata Lukman Hakim dalam keterangan tertulisnya, Senin (21/1).

Menteri Agama menekankan hal tersebut pada talkshow yang dipandu Najelaa Shihab, pegiat pendidikan yang merupakan pendiri Sekolah Cikal, Jakarta. Talkshow tersebut digelar pada acara Rapat Pimpinan Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama di Hotel Alana, Sentul, Bogor.

Menurut Menag, sebagian elemen masyarakat saat ini terlihat begitu berlebihan dalam mengekspresikan keberagamaanya, sehingga melakukan aksi yang justru bertentangan dengan esensi agama. "Agama pada prinsipnya menjaga kemuliaan manusia yang sudah termaktub secara eksplisit dalam Al-Quran," ujarnya.

Agama juga tidak mungkin berperan mensegregasi, tetapi menyatukan, merangkul, dan mengayomi semua elemen manusia tanpa terkecuali. "Maka aksi kontra humanisme, seperti penistaan, caci maki, bahkan kekerasan yang mengusung ajaran agama adalah bentuk kesalahan menyerap ajaran agama" katanya.

Di depan 300 pejabat Ditjen Pendidikan Islam Kemenag ia menekankan agar seluruh jajarannya sudah selesai dengan pemahaman ini. Salah satu pagar yang menjaga keberagamaan di Indonesia adalah pemerintah Indonesia, dalam hal ini Kementerian Agama.

Titik utama yang penting diberi fokus perhatian terkait perilaku beragama adalah pendidikan Islam. Saat ini Kemenag menaungi 78.000 madrasah, 28.100 pondok pentren, dan 770 perguruan tinggi Islam. Dari lembaga-lembaga inilah ajaran agama yang murni disampaikan.

Melalui pendidikan, seseorang akan memiliki cara pandang yang waras dan memiliki nilai-nilai. Maka para pegiat pendidikan, mulai birokrasi hingga para guru dan tenaga pendidikan di lapangan pada dasarnya adalah orang-orang yang membangun peradaban Indonesia.

"Jangan menganggap peran ini hanya pekerjaan. Bila hanya itu, mesin bisa menggantikannya lebih baik. Tetapi kita pada dasarnya sedang membentuk manusia Indonesia," tambah Menag.

Sementara itu Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kemenag, Kamaruddin Amin menambahkan, tahun 2019 pihaknya akan meningkatkan kualitas sekolah-sekolah dan kampus Islam hingga sebagian besar berakreditasi minimal B. Sekolah-sekolah itu didisain agar mengambil peran kunci dalam moderasi beragama.

Ia berjanji agar aksi keberagamaan yang moderat, toleran, dan humanis dapat terefleksi dalam aktifitas pendidikan Islam.

Ia mengklaim, kontribusi pendidikan Islam selama ini dalam menjaga artikulasi Islam di Indonesia sangat fundamental. "Kita hidup di negara paling majemuk di dunia, tetapi mampu bertahan sampai sekarang karena memiliki gaya keislaman yang humanis, toleran, dan damai, meskipun masih ada peristiwa sporadis yangg bertentangan dengan itu, namun secara umum keislaman kita sangat baik," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement