Sabtu 12 Jan 2019 07:00 WIB

Berhentilah Merusak Bumi

Terpeliharanya kelestarian bumi dan langit adalah dengan ketaatan.

Atmosfer bumi (ilustrasi).
Foto: bloggyenarie.blogspot.com
Atmosfer bumi (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di dalam Alquran, Allah SWT telah berfirman betapa perbuatan manusia telah membuat kerusakan di darat dan laut. Padahal, manusia akan mendapatkan konse kuensi dari apa yang diperbuatnya itu. "Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka mera sa kan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kem bali (ke jalan yang benar). (QS ar-Rum: 41).

Imam Ibnu Katsir menafsir kan ayat ini terjadi ketika berkurangnya hasil tanam-tanaman dan buah-buahan karena banyak perbuatan maksiat yang dikerjakan oleh para penghuninya. Abul Aliyah mengatakan bahwa barang siapa yang berbuat durhaka kepada Allah di bumi, berarti dia telah berbuat kerusakan di bumi, karena terpeliharanya kelestarian bumi dan langit adalah dengan ketaatan.

Prof Quraish Shihab dalam Tafsir Al Mishbah menjelaskan, ayat itu mengungkap betapa tampak kerusakan di darat, seperti kekeringan, paceklik, hilangnya rasa aman. Di laut, mereka melakukan penenggelaman. Kekurangan hasil laut dan sungai disebabkan perbuatan tangan manu sia yang durhaka. Akibatnya, Allah mencicipkan atau merasa kan sedikit kepada mereka sebagian dari akibat perbuatan dosa dan pelanggaran mereka agar kem bali ke jalan yang benar.

Ayat di atas menyebut darat dan laut sebagai tempat terjadi nya fasad. Ini dapat berarti darat an dan lautan menjadi arena ke rusak an, yang salah satu tafsir nya me rujuk pada ketidakseim bang an.

 

Laut telah tercemar sehingga ikan mati dan hasil laut berkurang. Daratan semakin pa n as sehingga terjadi kemarau pan jang. Alhasil, keseimbangan lingkungan menjadi kacau. Ini yang mengantarkan ula ma kontemporer memahami ayat di atas sebagai isyarat tentang ke rusak an lingkungan.

Ayat tersebut memang tidak menyebut udara. Boleh jadi, ka rena yang ditekankan adalah apa yang tampak saja. Sebagaimana kata zhahara/yang ada dalam ayat tersebut. Kata itu bermakna terjadinya sesuatu di permukaan bumi yang menjadi tampak dan terang serta diketahui dengan jelas. Lawannya adalah bathana yang berarti terjadinya sesuatu di perut bumi.

Ibnu Asyur menjelaskan salah satu tafsirnya tentang ayat ini. Menurut dia, alam raya telah di ciptakan Allah dalam satu sistem yang sangat serasi dan sesuai de ngan kehidupan manusia. Namun, mereka melakukan kegiatan buruk yang merusak sehingga terjadi kepincangan dan ketidakseimbangan dalam sistem kerja alam.

sumber : Dialog Jumat Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement