Selasa 11 Dec 2018 05:27 WIB

Kemenag Disarankan Jihad Teknologi untuk Bendung Intoleran

Merebaknya pemahaman intoleran di medsos jadi tantangan baru bagi generasi saat ini

Rep: Muhyiddin/ Red: Esthi Maharani
Gedung Kementerian Agama
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Gedung Kementerian Agama

REPUBLIKA.CO.ID,  BADUNG -- Dalam beberapa tahun terakhir, tindakan intoleransi terus saja terjadi di Indonesia. Tindakan tersebut salah satunya juga dilatarbelakangi dengan pemahaman-pemahaman intoleran yang mulai banyak beredar di media sosial.

 

Karena itu, Guru Besar UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Prof. Amin Abdullah menyarankan agar Kementerian Agama (Kemenag) mulai melakukan jihad teknologi, sehingga generasi millenial saat ini tidak terpengaruh dengan pemahaman intoleran tersebut.

 

"Satu usul saya ke Kemenag harus memasuki generasi millenial dengan teknologi digital. Nah, itu saya kira perlu jihad teknologi kita," ujar Amin saat menjadi pembicara dalam kegiatan Workshop Internasional yang digelar Balitbang Kemenag di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, Senin (10/12).

 

Menurut dia, merebaknya pemahaman intoleran di media sosial menjadi tantangan baru bagi generasi saat ini. Karena, menurut dia, media sosial telah dikuasi oleh orang-orang yang intoleran. "Kalau yang intoleran sudah banyak. Semuanya itu sudah dikuasai. Karena itu, saya kira penting juga Kemenag memasuki itu," ucap Amin.

 

Dia mengatakan, dengan melakukan jihad teknologi tersebut, nantinya diharapkan Kemenag bisa memberikan konter narasi terhadap pemahaman intoleran tersebut. Karena, menurut dia, sebenarnya generasi millenial saat ini merindukan pemahaman yang toleran.

 

"Jadi kekayaan kearifan itu harus diubah bagaimana bisa masuk ke sosial media untuk menarik generasi muda. Itu kuncinya saya kira. Jadi seimbang lah antara intoleran dan toleran. Sekarang ini kan intoleran yang menguasai," kata Amin.

 

Kendati demikian, Amin yakin kedepannya generasi millenial Indonesia tidak akan gampang tangan untuk melakukan tindakan intoleran. Karena, menurut dia, generasi millenial masih memiliki kearifan lokal di daerahnya masing-masing.

 

"Tetapi saya percaya generasi millenial Indonesia masih punya modal sosial dan modal kultural. Mereka punya local wisdom sendiri-sendiri. Millenial di Eropa dengan millenial Indonesia itu beda," tutupnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement