Kamis 29 Nov 2018 13:47 WIB

Pemerintah Terus Perkuat Literasi Keagamaan

Kegiatan literasi keagamaan ini diikuti 120 peserta.

Rep: Novita Intan/ Red: Andi Nur Aminah
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin (kanan) berbincang dengan Duta Besar Inggris untuk Indonesia Moazzam Malik (kiri) saat pelatihan literasi keagamaan di Balai Diklat Kegamaan, Bandung, Jawa Barat, Rabu (28/11/2018).
Foto: Antara/Raisan Al Farisi
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin (kanan) berbincang dengan Duta Besar Inggris untuk Indonesia Moazzam Malik (kiri) saat pelatihan literasi keagamaan di Balai Diklat Kegamaan, Bandung, Jawa Barat, Rabu (28/11/2018).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Kementerian Agama (Kemenag) terus memperkuat literasi keagamaan (religious literacy) terutama bagi pendidik, penyuluh serta pengawas pendidikan agama dan keagamaan. Hal itu disampaikan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin sebagai bentuk respons Direktur Indonesian Consortium Religious Studies (ICRS) Dicky Sofjan dalam pembukaan Semiloka Pengayaan Wacana Agama dan Keberagamaan ‘Rukun, Ragam, Sepadan’ di Bandung Rabu (28/11).

Kegiatan ini hasil kerja sama Balai Diklat Keagamaan Bandung Kementerian Agama dengan Indonesian Consortium for Religious Studies (ICRS), British Council, dan British Embassy Jakarta. Kegiatan ini diikuti 120 peserta antara lain dosen, penyuluh agama, pegiat agama, widyaiswara, serta pengawas pendidikan agama Islam dan pengawas madrasah.

Dicky mengatakan program religious literacy (penguatan wacana keagamaan) yang juga bekerjasama dengan Kedubes Inggris sudah memasuki fase kedua. “ICRS sudah melakukan ToT dan lokakarya di enam kota, dengan melibatkan 600 peserta, terdiri atas dosen agama, ormas keagamaan dan juga organisasi kepemudaan,” ujarnya seperti dilansir dari laman Kemenag, Kamis (29/11).

Tampak hadir Direktur ICRS Dicky Sofjan, Country Directur British Council Paul Smith OBE, Rektor UIN Bandung Mahmud, Kepala Pusdiklat Tenaga Teknis Kemenag Saerozi, Kakanwil Kemenag Jawa Barat A Bukhori, serta Kepala Balai Diklat Keagamaan Bandung. Menurutnya, ICRS merupakan konsorsium aktivis kajian keagamaan dari UGM, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, dan Universitas Kristen Duta Wacana.

 

Sinergi ini sudah berlangsung lima tahun, baik dalam penelitian maupun semiloka. "Kami latih mereka untuk berfikir tentang beragama. Belajar tentang beragama, bukan belajar agama," sambungnya.

ICRS, lanjut Dicky, juga sudah menyerahkan modul empat materi kepada Balai Diklat Keagamaan. Keempat modul itu bertemakan Agama dan Kita, Agama dan Masyarkat, Agama dan Negara, serta Agama dan Mayangkara atau Internet.

Dalam kegiatan ini turut dihadiri juga Duta Besar Inggris untuk Indonesia Moazzam Malik. Ia mengaku kagum dengan masyarakat Indonesia. Empat tahun bertugas di Indonesia, Moazzam menilai banyak mendapat inspirasi dalam kehidupan keagaman.

Moazzam mengatakan ada nilai lebih yang didapat di Indonesia sepanjang pengalamannya sebagai duta besar. Sebelum di Nusantara, Moazzam pernah bertugas di Asia Selatan, Timur Tengah, dan Afrika Timur. Ia berpengalaman di banyak negara Muslim dunia, termasuk pengalaman keterlibatannya dalan kegiatan Muslim di negaranya, Inggris.

"Dibanding seluruhnya, Indonesia lebih berhasil untuk menjaga toleransi, pluralisme, dan kebersamaan antara kelompok-kelompok agama," terang Moazzam.

Kendati demikian, menurut Moazzam, di negara Muslim dunia, ada banyak tantangan, konflik, tren ekstremisme dan radikalisme. Ini harus juga menjadi perhatian Indonesia. Apalagi dalam beberapa tahun terakhir terjadi beberapa peristiwa yang bisa mengganggu toleransi di negeri ini. “Meski Indonesia sangat berhasil, perjuangan harus terus dilakukan karena tantangan yang dihadapi dunia juga sampai di Indonesia," ujarnya.

Dia mengatakan, umat Muslim dunia perlu contoh yang bisa menginspirasi. Sebagai negara besar keempat dunia dengan penduduk terbesar Muslim, negara demokrasi dengan ekonomi maju yang diperkirakan masuk 10 besar dunia pada 2030, dia menyebut Indonesia satu satunya negara yang bisa menjadi inspirasi umat Muslim dunia.

Moazzam menambahkan semiloka ini menjadi bagian dari usaha kecil untuk ikut merawat toleransi di Indonesia. "Meski usaha yang kecil, tapi tujuan dan harapannya besar," ucapnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement