Selasa 20 Nov 2018 18:35 WIB

Kiat Agar Utang Lekas Terbayar

Bila ada kelapangan rezeki dan kemampuan membayar utang, segeralah menunaikan utang.

Memberi uang, dan membayar hutang (ilustrasi).
Foto: Republika/Musiron
Memberi uang, dan membayar hutang (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Utang, acap kali menjadi cara satu-satunya untuk memenuhi kebutuhan hidup yang sangat mendesak. Berutang juga merupakan jalan yang kerap di tempuh orang untuk menutupi hasrat dan ambisi duniawi seseorang. Ber utang memang pada dasarnya di perbolehkan. Tetapi, jika tidak pan dai-pandai mengelola utang, tak mustahil justru akan berubah bak momok sepanjang hayatnya.

Syekh Yahya bin Musa az- Zahrani dalam risalahnya bertajuk Ad- Dain bain Al-Masyru’ wa Al- Mamnu’ mengatakan, sekalipun utang diperbolehkan, tetapi sejatinya utang yang tidak dikelola secara disiplin akan mendatangkan kecemasan yang luar biasa. Ini pernah terjadi, konon pada zaman Rasulullah SAW.

Ketika itu, Rasul pernah bertemu dengan Abu Umamah yang tengah duduk sendirian dan termenung di masjid. Padahal, waktu itu bukan masa pelaksanaan shalat. Raut mukanya tam pak kusut. Melihat gelagatnya itu, Rasul bertanya, ada apa gerangan? Abu Amamah menjawab, utang telah melilitnya.

Utang pula yang sering membuat malu bertemu dengan si pemberi utang. Adalah Qais bin Saad bin Ubadah. Ia terkenal dengan kebaikan dan kedermawannya. Suka menolong dan memberikan utang kepada para tetangga dan sahabatnya. Ketika ia jatuh sakit, tak satupun yang bergegas menjenguknya.

Usut punya usut, mereka malu bertemu dengan si Qais lantaran belum menunaikan utang mereka. Mendengar hal itu, Qais terheran-heran, ia tidak pernah memikirkan hartanya. “Saya bebaskan utang kalian,” kata Qais. Detik itu juga, pintu rumahnya tak pernah tertutup dari para penjenguk.

Itulah, kata Syekh Yahya, contoh dari dampak negatif berutang. Ada beberapa efek negatif berutang, pertama, perasaan cemas dan takut. Hal ini pernah ditegaskan dalam hadis Uqbah bin Amir. Rasul mengingatkan, jangan sampai diri seseorang kembali terkungkung rasa takut dalam kondisi yang aman. Apakah itu, tanya para sahabat. “(Jeratan) utang,” titah Rasul.

Berutang, lanjut Syekh Yahya, bisa mendorong pengutang berkata bohong. Ini dilakukan menyusul belum adanya kemampuan membayar ataupun karena alasan lain. Saat pembayaran utang jatuh tempo, ada saja dorongan untuk mangkir dari membayar atau minimal mengulur waktu. Itu semua dilakukan dengan berbohong.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement