Sabtu 17 Nov 2018 18:22 WIB

Memahami Anjuran Berpakaian Bersih

Nabi SAW tidak menginginkan seorang Muslim membiarkan dirinya berpakaian kotor

Rep: Yusuf Asshidiq/ Red: Agung Sasongko
Aneka koleksi gamis
Foto: antara
Aneka koleksi gamis

Lebih jauh diuraikan dalam buku /Hidup Saleh dengan Nilai Spiritual Islam/, tak pernah Nabi tidak memerhatikan penampilan umatnya. Beliau tidak pernah melihat seorang yang berpakaian lusuh, kecuali Nabi mengkritiknya lantaran ketidakpeduliannya terhadap dirinya sendiri.

Oleh karenanya, umat sebaiknya memeriksakan penampilan diri sebelum bepergian atau menemui orang lain. Ia hendaknya membuat dirinya terlihat menarik dan bersih, dengan sikap yang sederhana, karena Nabi SAW membuat diri beliau enak dilihat di hadapan para sahabat juga keluarganya.

''Wahai anak cucu Adam! Pakailah pakaianmu yang bagus pada setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan. Sungguh Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan.'' (QS: al A'raf [7] : 31).

Atas petunjuk inilah, Imam Abu Hanifah  RA selalu merawat pakaian dengan baik dan memastikan beliau merasa bersih dan segar. Beliau juga menganjurkan orang lain untuk melakukan hal serupa.

Pernah suatu waktu, Imam Abu Hanifah melihat seorang lelaki yang menghadiri majelis kajiannya dengan berpakaian lusuh dan kotor. Lalu beliau menyuruhnya menyingkir ke sisi lain dan memberinya uang seribu Dirham untuk membeli pakaian yang bersih.

Muslim sejati memahami bahwa Islam menganjurkan untuk berpakaian bersih setiap waktu, terlebih ketika shalat. Tetapi diingatkan dalam sebuah hadis, Islam pun merupakan agama yang memberi peringatan atas sikap berlebihan dalam hal itu, dan mengatakan kepadanya untuk menghindari perbudakan oleh penampilannya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement