Sabtu 03 Nov 2018 11:04 WIB

Kemenag Perkuat Relasi Tokoh Agama dan Budaya

Sarasehan akan menyerap pandangan para tokoh dan menata hubungan agama dan budaya.

Rep: Novita Intan/ Red: Andi Nur Aminah
Menteri Agama, Lukman Hakim Syaifuddin
Foto: RepublikaTV/Havid Al Vizki
Menteri Agama, Lukman Hakim Syaifuddin

REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Kementerian Agama (Kemenag) menggelar sarasehan tentang Reaktualisasi Relasi Agama dan Budaya di Bantul, Yogyakarta. Sejumlah tokoh agama dan budaya pun berkumpul guna memperkuat relasi agama dan budaya.

Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengatakan, sarasehan digelar karena Kemenag ingin menyerap pandangan para tokoh dalam menata hubungan yang lebih baik lagi antara agama dan budaya. "Indonesia sangat khas. Indonesia sangat kaya dengan berbagai ragam budaya. Indonesia juga sangat agamis. Antara nilai agama dan budaya tidak bisa dipisahkan dalam konteks Indonesia," dalam keterangan tulis yang diterima Republika.co.id, Sabtu (3/11).

Namun, lanjut Menag, belakangan ada kasus ‘benturan’ budaya dan agama, sesuatu yang tidak terjadi sebelumnya. Budaya yang mengandung nilai spiritualitas dan agama yang membutuhkan budaya sebagai ruang aktualisasi, tiba-tiba seperti berhadapan antara satu dengan yang lain. "Ini harus kita sikapi. Kalau tidak, ini tidak hanya merusak keduanya, tapi keindonesiaan kita juga bisa runtuh. Dua hal ini modal," tuturnya.

Kemenag memerlukan pandangan budayawan dan agamawan dalam melihat persoalan ini agar hubungan keduanya lebih baik.  Sementara Kepala Biro Humas, Data, dan Informasi Kemenag, Mastuki mengatakan sarasehan digelar merupakan langkah relevan di tengah semakin kuatnya infiltrasi budaya asing dan paham transnasional, dalam kasus tertentu mempermasalahkan jalinan relasi agama dan budaya di Indonesia yang sudah terjalin apik sejak lama.

"Baru-baru ini kami mendapati satu dua kasus terjadinya perbedaan cara pandang terkait praktik budaya dan agama. Kami melihat perlu ada ruang untuk melakukan dialog antara agamawan, cendekiawan, dan budayawan," jelas Mastuki.

Dia mengatakan, dengan dialog, diharapkan ada titik temu yang dapat mencerahkan masyarakat. Kementerian Agama berperan sebagai fasilitator dialog tersebut.

Sarasehan berlangsung dua hari, mulai 2 dan 3 November 2018. Sarasehan dibuka sekaligus diikuti oleh Menag Lukman Hakim Saifuddin. Sejumlah tokoh yang hadir antara lain: Sujiwo Tejo, Radhar Panca Dahana, Wisnu Bawa Tenaya, Agus Noor, KH Abdul Muhaimin, Bikku Pannyavaro, Fatin Hamama, Amin Abdullah, John Titaley, Acep Zamzam Noor. Wahyu Muryadi,  Agus Sunyoto, Zakiyuddin Baidlawi, Nasirun,  dan Ida Pandita Mpu Jaya Prema Ananda.

Baik budayawan, tokoh agama dan cendekiawan, lanjut Mastuki,  diharapkan dapat membaca dan mereaktualisasi relasi budaya dan agama dalam konteks tantangan masa kini. “Sejarah bangsa mengajarkan kita bagaimana budaya dapat membuka ruang untuk disisipi nilai-nilai agama. Pada saat yang sama, tafsir agama juga mewarnai perkembangan budaya di Indonesia,” ucapnya.

Dia menyebut, Indonesia kaya akan akulturasi budaya dan agama. Itu yang perlu dikenalkan kembali ke generasi masa kini. Mastuki menambahkan, hasil diskusi dalam sarasehan ini akan dirumuskan sebagai rekomendasi kepada pemerintah, dan pihak terkait lainnya. “Rumusan itu akan dibacakan besok oleh perwakilan budayawan dan tokoh agama yang hadir," ujarnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement