Jumat 02 Nov 2018 08:25 WIB

Ingin Indonesia tak Seperti Suriah? Ini Saran Mufti Damaskus

Kondisi Suriah saat ini semakin membaik dan menuju rekonsiliasi nasional.

Seminar Internasional
Foto: Nashih Nashrullah/Republika
Seminar Internasional

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Mufti Agung Damaskus Suriah Syekh Adnan al-Afyouni menyampaikan nasehat menyikapi dinamika yang berkembang saat ini di negara-negara Islam, tak terkecuali Indonesia. Nasehat ini penting agar krisis Suriah tak lagi dialami negara mayoritas Muslim lainnya. 

“Letakkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi dan golongan,” kata dia, dalam Seminar Internasional bertajuk “Jangan Suriahkan Indonesia”, di Jakarta, Kamis (1/11) malam. 

Baca Juga

Dia mengatakan, yang terjadi di Suriah memang tak terlepas dari berbagai kepentingan lokal dan internasional. Kepentingan-kepentingan inilah yang memakai isu agama sebagai tameng meloloskan ambisi-ambisi mereka. 

Menurut sosok yang juga menjabat sebagai Ketua Dewan Rekonsilisiasi Nasional Suriah itu, selama ini Suriah adalah negara yang aman dan tenteram. Masyarakat hidup berdampingan tanpa melihat latar belakang agama. “Ekonomi dan pendidikan kita terjamin, para pelajar Indonesia di Suriah menjadi saksi atas hal itu,” tutur dia 

Akan tetapi, kata dia, ambisi politik, perang kepentingan, dan adu domba luar telah berhasil memporak-porandakkan Suriah. Kepentingan dunia internasional begitu kuat di Suriah. Lihaltlah bagaimana Qatar berkeinginan membuat jalur gas di Suriah. Israel yang tak ingin Suriah kuat dan stabil.

Namun, kata dia, ironisnya, agenda-agenda itu tidak dibaca dengan baik oleh sebagian masyarakat Suriah di awal krisis. Kini, tak ada satupun keluarga Suriah yang tak merasakan betapa getirnya dan harga mahal yang mereka harus bayar atas krisis ini.  

“Kita membayar mahal lebih dari apa yang kalian kira,” kata dia. 

Syekh Adnan mengingatkan, hendaknya segenap eleman bangsa saling mengalah. Dia menenekankan sekali api fitnah berkobar, akan merambat dengan cepat ke tempat lain dan kemudian sangat susah memadamkannya.

Saling mengalahlah, kata Syekh Adnan, untuk bangsa dan negara. Ingat bagaimana Rasulullah SAW yang memilih jalan diplomasi melalui Perjanjian Hudaibiyah. Padahal dari segi militer, umat Islam sangat memungkinkan menang saat dihadang kafir Quraisy ketika hendak ke Makkah. 

Syekh Adnan bersyukur, Suriah kini perlahan mulai berbenah dan kondisi jauh lebih baik. Pihaknya membuka lebar pintu rekonsiliasi bagi mereka yang ingin kehidupan bangsa dan negara lebih baik. 

“Tiap warga negara ingin rekonsilisiasi. Kita tanyakan ke oposisi, apakah kekacauan ini yang kalian inginkan? Apakah ini yang diajarkan Rasulullah dan agama? Mereka menjawab tida. Baik mari kita bersama menuju rekonsiliasi. Hari ini kami bersyukur kita berbondong-bondong menuju rekonsiliasi,” tutur dia.

Sebagai informasi, hadir dalam seminar yang diinisiasi Ikatan Alumni Syam (Alsyami) ini, Duta Besar untuk Indonesia Ziyad Zahruddin, Duta Besar Indonesia untuk Suriah Djoko Hariyanto, dan Ketua Perhimpunan Pelajar Indonesia di Suriah Ahsin Mahrus. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement