Rabu 31 Oct 2018 18:05 WIB

Malam Ini, NU-Muhammadiyah Kembali Gelar Silaturahim

Pertemuan sebagai upaya memperkuat kerja sama di berbagai bidang.

Rep: Muhyiddin/ Red: Nashih Nashrullah
Sekjen PBNU Helmy Faishal bersama Ketua Umum PBNU Said Aqil Siroj, Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir, dan Sekjen PP Muhammadiyah Abdul Muti (dari kiri) foto bersama usai melakukan silahturahim di Gedung PBNU, Jakarta, Jumat (23/2).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Sekjen PBNU Helmy Faishal bersama Ketua Umum PBNU Said Aqil Siroj, Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir, dan Sekjen PP Muhammadiyah Abdul Muti (dari kiri) foto bersama usai melakukan silahturahim di Gedung PBNU, Jakarta, Jumat (23/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dan Pimpinan Pusat Muhammadiyah akan kembali menggelar silaturahim persaudaraan. Pertemuan ini merupakan kunjungan balasan PBNU ke Muhammadiyah yang telah berkunjung terlebih dahulu beberapa waktu lalu. 

Silaturahim akan berlangsung di Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah di Jl Menteng Raya, Jakarta Pusat, Rabu (31/10) malam sekitar pukul 19.00 WIB. 

Rencananya, kunjungan balasan tersebut akan dipimpin langsung oleh Ketua Umum PBNU KH Said Agil Siraj dan Sekjen PBNU Helmi Faishal Zaini. Selain itu, akan hadir juga lima orang Ketua PBNU dan tiga orang Wakil Sekjen PBNU.

“Ini adalah kunjungan balasan untuk meneguhkan kembali komitmen dua ormas Islam besar ini,” kata Ketua PBNU Robikin Emhas kepada Republika.co.id, Rabu (31/10).  

 

Sebagai informasi, kedua ormas yang memiliki andil besar mendirikan negara ini mempunyai genealogi yang sama. Pendiri NU, KH Hasyim Asy'ari, dan pendiri Muhammadiyah, KH Ahmad Dahlan, sama-sama menuntut ilmu dari guru yang sama. Keduanya merupakan santri Syekh Cholil Bangkalan. Keduanya mendapat instruksi dari Syekh Cholil belajar kepada Kiai Soleh Darat, yang merupakan ulama terkemuka ahli nahwu, ahli tafsir, dan ahli falak.

Saat menjadi santri Kiai Soleh Darat, Hasyim dan Darwis (nama kecil Kiai Dahlan) belajar dengan sangat tekun dan rajin. Hingga akhirnya kedua sahabat itu diperintahkan Kiai Soleh Darat pergi ke Makkah untuk melanjutkan belajar. Setelah pulang dari Makkah, keduanya pun mampu menjadi tonggak dakwah Islam di Indonesia.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement