Kamis 25 Oct 2018 22:45 WIB

Komunitas Jurnalis Alumni Pesantren Perangi Berita Dusta

Komunitas yang dibentuknya didukung sejumlah jurnalis berlatar belakang pesantren

Rep: Erdy Nasrul/ Red: Agung Sasongko
Komunitas jurnalis alumni pesantren menggelar deklarasi melawan berita dusta (hoaks) di Jakarta pada Kamis (25/10).
Foto: Istimewa
Komunitas jurnalis alumni pesantren menggelar deklarasi melawan berita dusta (hoaks) di Jakarta pada Kamis (25/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Komunitas jurnalis alumni pesantren menggelar deklarasi melawan berita dusta (hoaks) di Jakarta pada Kamis (25/10). Hal itu dilakukan dengan merangkul sejumlah perwakilan masyarakat untuk bersinergi membersihkan dunia maya dari sampah kebohongan.

“Kami yakin masyarakat kin sangat arif menyikapi berbagai informasi di dunia maya yang sangat berlimpah. Mereka sudah mengetahui mana berita bohong dan sebaliknya, mana yang berkualitas dan tidak,” ujar ketua jurnalis alumni pesantren Hafyz Hadi Marshal.

Komunitas yang dibentuknya didukung sejumlah jurnalis berlatar belakang pendidikan pesantren. Dulunya mereka adalah santri yang ditempa dengan pendidikan keagamaan baik secara teori maupun praktis dalam lingkungan berasrama. Masjid, kelas, dan berbagai fasilitas di dalamnya menjadi sentra kegiatan yang tak pernah sepi. Kiai dan para guru menjadi teladan mereka.

Setelah menempuh pendidikan di sana, mereka kemudian terjun ke masyarakat untuk mengamalkan dan menyebarluaskan pemahaman keagamaan yang menjadi alat pemersatu bangsa. Jurnalis alumni pesantren, terangnya, bukan semata-mata melaksanakan kerja jurnalistik, tapi juga memasukkan nilai keagamaan dan kebangsaan untuk menjaga serta memperkuat keutuhan negeri ini.

Anggota jurnalis alumni pesantren, Luqman Rimadi mengatakan, santri memiliki latar belakang keislaman yang kuat. Hal itu menjadi modal dasar untuk memverifikasi berita-berita yang tersebar di masyarakat.

Mereka memiliki kemampuan memilah-milah dan menyebarluaskan konten yang menginspirasi kehidupan. “Kebanyakan masyarakat sekarang sudah dengan sendirinya memverifikasi kesahihan informasi yang didapat. Alhamdulillah. Tradisi yang konstruktif ini harus kita jaga dan sebarluaskan lagi, sehingga semakin banyak orang yang mengecek kebenaran info,” ujarnya.

Kebenaran informasi akan menjadi acuan berbagai pihak: masyarakat dan pemerintah untuk bersikap. Menurutnya, pemerintah ketika berupaya membangun negeri selalu mendapat tantangan berupa berita bohong. Namun hal itu diyakininya tak banyak berdampak. Selama proses pembangunan berjalan dengan baik, masyarakat akan banyak merasakan manfaatnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement