Rabu 24 Oct 2018 23:42 WIB

Pesantren Nuu Waar Gelar Wisuda Angkatan ke-30

Para lulusan diharapkan dapat membangun daerahnya masing-masing

Rep: mgrol113/ Red: Agung Sasongko
Wisuda Santri Pesantren Nuu Waar di Bekasi, Rabu (24/10).
Foto: mgrol113
Wisuda Santri Pesantren Nuu Waar di Bekasi, Rabu (24/10).

REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI — Pondok Pesantren Al Fatih Kaffah Nusantara (AFKN) menggelar wisuda angkatan ke-30, Rabu (24/10). Ada sabanyak 30 orang santri yang di wisuda.

Acara dimulai dengan jajaran pimpinan pondok yang memasuki tempat wisuda. Sidang wisuda ini langsung dipimpin oleh Pemimpin sekaligus Presiden Yayasan AFKN, Ustaz Fadhlan Gharamatan. Dilanjutkan dengan pembacaan Alquran oleh perwakilan santri. Setelah pembacaan Qur’an, dilanjutkan dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya dan Mengheningkan Cipta.

Sebelum memasuki prosesi wisuda, terlebih dahulu dilakukan penyematan pin kepada santri-santri yang berprestasi. Prestasi yang diraih santri cukup beragam, ada yang menghafal 130 hadits, bahkan ada yang sudah menjadi hafiz 30 juz. Penyematan ini dilakukan langsung oleh Ustaz Fadhlan Gharamatan dan jajaran pimpinan pondok pesantren.

Pesantren Nuu Waar memang dikenal mengkhususkan perhatiannya di bidang menghafal Alqura dan Hadits. Selain itu, pesantren ini juga memiliki mayoritas santri orang asli dari daerah Timur Indonesia, Papua.

 

Setelah penyematan pin, dilakukan prosesi wisuda kepada para mahasiswa dan mahasiswi dari Pondok Pesantren Nuu Waar. Prosesi ini berlangsung cukup emosional dan diwarnai tangisan para wisudawan, karena harus meninggalkan pondok setelah sekian lama mengabdi di dalamnya.

Abdul Aziz, salah seorang santri yang diwisuda membacakan sebuah sajak panjang yang menceritakan sejarah dari berdirinya yayasan AFKN. Ia mengutarakan bahwa Pemimpin yayasan telah berjuang sangat keras demi tersyi’arkannya dakwah Islam melalui pondok pesantren ini.

Ustaz Fadhlan memaparkan dalam pidatonya untuk para santri agar tidak takut dianggap remeh oleh orang banyak.

“Biarlah orang menganggap kita gelap. Kita bisa menjadi cahaya yang menerangi kegelapan itu.”

Ia juga menegaskan, bahwa ini bukanlah langkah akhir bagi para santri untuk menuntut ilmu. Baginya, ini adalah langkah awal bagi para santri untuk mengabdikan dirinya kepada masyarakat.

Syarifah, salah seorang santriwati yang diwisuda merasa bangga sudah menjadi santri selama mengabdi di Pondok Pesantren Nuu Waar.

“Menjadi suatu kebanggaan. Kita jauh dari orang tua. Di samping itu selesai kuliah di Medan langsung mengabdi di sini.”

Ia juga mengatakan banyak ilmu dan pengalaman yang ia dapatkan selama mengabdi di pondok. “Banyak ilmu dan pengalaman yang belum pernah didapatkan, bisa saya dapatkan di sini.”

Sementara itu, salah satu santriwati, Fitra mengatakan target setelah lulus ingin mengabdi di daerah terpencil, khususnya Papua.

“Masih banyak daerah-daerah terpencil di sana (Papua) yang membutuhkan perawat, bidan dan sebagainya. Maka dari itu, kami ingin membuat daerah tersebut tidak tertinggal lagi.” katanya kepada tim Republika.co.id.

Selain ilmu keagamaan, Pondok Pesantren Nuu Waar juga membuka peluang para santri untuk menekuni bidang-bidang umum, seperti kebidanan dan ekonomi.

Ustaz  Fadlan berharap, agar Pondok Pesantren Nuu Waar bisa menghasilkan lulusan-lulusan yang bisa mengabdi untuk masyarakat di berbagai daerah, terutama di daerah pedalaman seperti Papua yang masih banyak membutuhkan bantuan di segala bidang. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement