Selasa 23 Oct 2018 17:36 WIB

Halaqah Alim Ulama Tekankan Pembangunan Bangsa dan Santri

Rekomendasi yang dihasilkan terkait gagasan membangun Indonesia yang lebih baik.

Rep: Eric Iskandarsjah Z/ Red: Andi Nur Aminah
Calon wakil presiden (cawapres) nomor urut 01, KH Ma'ruf  Amin, saat menghadiri Halaqah Alim Ulama dan Silaturahim Pengasuh Pondok  Pesantren se-Jawa Barat di Pondok Pesantren Cipasung, Singaparna, Kabupaten Tasikmalaya, Senin (22/10).
Foto: Republika/Muhyiddin
Calon wakil presiden (cawapres) nomor urut 01, KH Ma'ruf Amin, saat menghadiri Halaqah Alim Ulama dan Silaturahim Pengasuh Pondok Pesantren se-Jawa Barat di Pondok Pesantren Cipasung, Singaparna, Kabupaten Tasikmalaya, Senin (22/10).

REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Sejumlah ulama dari berbagai pesantren di Tasikmalaya dan daerah lainnya di Jawa Barat (Jabar) menggelar pertemuan untuk membahas berbagai persoalan bangsa. Hal itu dibahas dalam acara Halaqah Alim Ulama di Aula Pondok Pesantren Cipasung, Kecamatan Singaparna, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, pada Senin (22/10).

Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Tasikmalaya sekaligus penyelenggara Halaqah Alim Ulama, Atam Rustam, mengatakan, terdapat beberapa rekomendasi yang dihasilkan dalam kegiatan tersebut. “Secara garis besar, rekomendasi yang dihasilkan terkait gagasan dalam rangka membangun Indonesia yang lebih baik,” kata Atam, Selasa (23/10).

Selain itu, lanjut dia, rekomendasinya juga mencakup dorongan untuk mempererat persaudaraan serta upaya membangun dan menjaga kesatuan dan persatuan bangsa Indonesia. Kemudian, juga terdapat rekomendasi untuk menjaga ukhuwah Islamiyah, termasuk mengenai penerapan Islam Nusantara.

Ia menjelaskan, Islam Nusantara seperti yang disampaikan oleh tokoh ulama NU, Ma'aruf Amin, bukan mengubah Islam dalam arti sebenarnya. "Disesuaikan dengan adat, tidak mengubah yang pokok," ujarnya.

Tak hanya itu, rekomendasi yang dihasilkan juga menekankan agar santri selain terus belajar kitab kuning dan menggali Islam dari sumbernya, juga harus melanjutkan perjuangan meski masa perjuangan kemerdekaan telah lewat. Diharapkan, santri tetap memiliki jiwa perjuangan, tetapi bukan perjuangan untuk berperang. “Kini, santri harus lebih banyak mengisi kemerdekaan dengan berbagai kebaikan di segala bidang kehidupan,” katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement