Selasa 23 Oct 2018 05:11 WIB

Kaligrafi 'Raksasa' Pesantren Situbondo Raih Rekor MURI

Kaligrafi itu bertuliskan teks Pancasila dan dalam tulisan arab.

Kaligrafi yang dibuat dari pelapah pisang kreasi dari binaan Semen Indonesia di Tuban.
Foto: kerajinangedebok.blogspot.com
Kaligrafi yang dibuat dari pelapah pisang kreasi dari binaan Semen Indonesia di Tuban.

REPUBLIKA.CO.ID, SITUBONDO -- Pembuatan kaligrafi berukuran besar (raksasa) oleh santri di Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iah Sukorejo, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur, memperoleh Rekor Muri Dunia kategori kaligrafi terbesar. Kaligrafi itu bertuliskan teks Pancasila dan tulisan arab.

"Kaligrafi dengan ukuran besar yakni 27 x 9 meter dan bertuliskan teks Pancasila dan tulisan aksara arab selama ini belum pernah ada, sehingga kami anugerahkan Rekor Muri Dunia," ujar Manajer Muri Indonesia, Ridho Ali Amin usai menyerahkan Rekor Muri Kaligrafi di Ponpes Salafiyah Syafi'iah Sukorejo, Desa Sumberanyar, Kecamatan Banyuputih, Situbondo, Senin (22/10).

Menurut dia, kaligrafi "raksasa" itu diharapkan dapat menginspirasi bagi pemuda-pemudi serta para penerus bangsa untuk tetap menjaga Pancasila sebagai dasar Negara Indonesia. "Sebelumnya kami juga telah melakukan pengukuran panjang dan lebar kaligrafi terbesar yang bertuliskan teks Pancasila dan tulisan aksara arab," ujarnya.

Sementara Pengasuh Ponpes Salafiyah Syafi'iah Sukorejo, KHR Ahmad Azaim Ibrahimy mengemukakan peluncuran kaligrafi berukuran besar itu sengaja dilakukan pada Hari Santri Nasional 2018.

Ia menjelaskan, pembuatan kaligrafi berukuran besar 27 x 9 meter dan memperoleh Rekor Muri itu memiliki filosofi atau makna tersendiri. Angka 27 merupakan hari pelaksanaan Muktamar NU ke-27 di Ponpes Salafiyah Syafi'iah Sukorejo pada tahun 1983, sedangkan angka 9 merupakan jumlah penyebar agama Islam di Pulau Jawa yaitu Wali Songo.

"Untuk penulis kaligrafi sebanyak 17 orang santri yang memiliki makna turunnya kitab Alquran pada 17 Ramadhan dan juga jumlah shalat lima waktu berjumlah 17 rakaat. Serta Hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang jatuh pada tanggal 17," paparnya.

Selain itu, lanjut Kiai Azaim, pembuatan kaligrafi selama 22 hari yang berkaitan dan bermakna tanggal 22 Oktober merupakan Hari Santri Nasional. Kaligrafi "raksasa" itu diangkat oleh sebanyak 313 orang santri.

"Jumlah 313 santri yang mengangkat kaligrafi serta berzikir basmalah 313 kali, memiliki makna pasukan badar yang merupakan perang monumental dalam sejarah Islam diukuti sebanyak 313 sahabat Nabi Muhammad SAW. Dan yang terakhir adalah penyangga berjumlah tujuh, sesuai lapisan tujuh lapis langit dan bumi," tuturnya.

Dalam pantauan, sebelumnya ribuan santri juga melaksanakan upacara di halaman pesantren dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional 2018. Selain itu juga dilaksanakan kirab santri yang diiringi tabuan musik rebana. 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement