Kamis 18 Oct 2018 11:40 WIB

Islam Wasathiyah Bisa Menjadi Solusi Tepat untuk Indonesia

Semangat Wasathiyah sebagai prinsip moderasi Islam bukanlah realitas baru.

KH Ma'ruf Amin
Foto: Foto : MgRol112
KH Ma'ruf Amin

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- KH Ma'ruf Amin memberikan kuliah umum di S Rajaratman School of International Studies Nanyang Technologies University (RSIS NTU), Singapura. Dalam pidatonya, Kiai Ma'ruf menyampaikan tentang pentingnya moderasi Islam melalui konsep Islam moderat (Islam Wasathiyah) sebagai solusi yang tepat untuk Indonesia.

Terkait hal itu, Ketua Umum Arus Baru Indonesia (ARBI) Lukmanul Hakim mengatakan,  dalam konsep Islam moderat, implementasi yang dibuat selalu dalam kerangka kesantunan, tidak memaksa, tidak radikal, toleransi, dan saling mencintai. “Ini bisa semakin merekat nilai-nilai kebangsaan kita,” kata Lukmanul melalui keterangan tertulisnya kepada Republika.co.id, Kamis (18/10).

Lukmanul optimistis, konsep Islam moderat yang didukung Kiai Ma’ruf bisa menyatukan seluruh umat secara nasional, termasuk menyepakati Pancasila, UUD 1945, dan akhirnya melahirkan NKRI. “Maka itu kita harus kembali menguatkan konsep Islam moderat,” imbau Lukmanul.

Pemaparan tentang Islam moderat yang disampaikan Kiai Ma’ruf di Singapura, menurut Lukmanul, juga menjadi pesan kepada internasional tentang pentingnya moderasi Islam. Selain itu, pada Musyarawah MUI pada Agustus 2015, Islam moderat juga sudah ditetapkan sebagai paradigma pengabdian, dituangkan dalam Taujihat Surabaya.

Lukmanul menjelaskan, semangat Wasathiyah sebagai prinsip moderasi Islam bukanlah realitas baru. Mayoritas muslim di Indonesia, ia melanjutkan, sebagian besar menganut Islam moderat.

Saat memberikan kuliah umum di RSIS NTU, di hadapan ratusan pengunjung dan tamu undangan dari sejumlah negara, Kiai Ma’ruf  tak meninggalkan identitasnya. Ia tetap bersarung, kopiah, dan mengenakan selendang putih.

Selain memenuhi undangan RSIS NTU, mantan anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) itu juga bertemu Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong di Istana Singapura.  Di Singapura, Kiai Ma’ruf juga menghadiri jamuan makan malam Menteri Luar Negeri Vivian Balakrishnan. 

Dalam pidatonya, Kiai Ma’ruf mengatakan, Indonesia tidak menganut teokrasi yang berpijak pada satu agama tertentu. Kendati demikian, Indonesia bukan negara sekuler yang memisahkan agama dari negara. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement