Selasa 25 Sep 2018 07:01 WIB

Jelang Pilpres, Dai dan Ulama Deklarasikan Persatuan Muslim

Ada lima point yang dihasilkan dalam deklarasi yang dinamai Deklarasi Kalimulya

Rep: Muhyiddin/ Red: Andi Nur Aminah
Pengasuh Pesantren Cendikia Amanah Depok sekaligus Ketua Komisi Dakwah MUI Pusat, KH Cholil Nafis saat sambutan dalam acara Halaqah dan Sarasehan Ulama dan Dai se-Jabodetabek di Aula Masjid Pondok Pesantren Cendikia Amanah, Jalan Kalimulya Cilodong, Depok, Ahad (23/9).
Foto: Muhyiddin/Republika
Pengasuh Pesantren Cendikia Amanah Depok sekaligus Ketua Komisi Dakwah MUI Pusat, KH Cholil Nafis saat sambutan dalam acara Halaqah dan Sarasehan Ulama dan Dai se-Jabodetabek di Aula Masjid Pondok Pesantren Cendikia Amanah, Jalan Kalimulya Cilodong, Depok, Ahad (23/9).

REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Depok bekerja sama dengan Pesantren Cendekia Amanah telah menggelar halaqoh dan Sarasehan Dai se-Jabodetabek di Pesantren Cendekia Amanah, Kalimulya Kota Depok, Ahad (23/9). Di akhir halaqah ini, dai dan ulama itu membacakan Deklarasi Kalimulya Depok yang menyerukan persatuan umat Islam di Indonesia..

Halaqah ini dihadiri oleh berbagai elemen umat Islam di Jabodetabek. Seperti dari kalangan NU, Muhammadyah, dan ormas-ormas Islam lainnya. Selain para ulama dan dai, acara ini juga dihadiri Wali Kota Depok, KH Mohammad Idris dan jajarannya dan Ketua MUI Kota Depok beserta jajarannya.

Pengasuh Pesantren Cendikia Amanah sekaligus Ketua Komisi Dakwah MUI, KH Cholil Nafis mengatakan, deklarasi tersebut dilatarbelakangi oleh situasi dan kondisi menjelang Pilpres 2019. Yang mana fanatisme kekelompokan dan eksklusifisme keagamaan di kalangan Muslim terlihat semakin tinggi. "Maka kami merasa perlu mendeklarasikan Deklarasi Kalimulya Depok tentang gagasan ulama dan dai untuk persatuan umat Islam," ujar KH Cholil kepada Republika.co.id, Senin (24/9).

Berikut lima poin yang tercantum dalam Deklarasi Kalimulya:

1. Ulama dan dai mengajak seluruh umat untuk tidak membesar-besarkan dan menjadikan perbedaan-perbedaan furu’iyah di antara sesama Muslim sebagai sumber konflik dan perpecahan. Tapi sebaliknya, sesama Muslim harus menyatukan kata dan sikap, menegaskan kembali sikap saling menghargai, tidak saling menjelekkan sesama Muslim, dan memperkokoh tali persaudaraan islamiyah, insaniyah, dan wathoniyah.

2. Ulama dan dai juga menolak segala bentuk ekstrem baik verbal maupun fisik dan sifat berlebihan (ghuluw) yang berasal dari kelompok dan madzhab apapun, yang dapat menjadi sumber perpecahan dan konflik di kalangan Muslim.

3. Ulama dan dai berperan sentral dalam memberikan inspirasi, membina, dan memberikan teladan bagi umat serta memelihara persatuan Islam di Indonesia berdasarkan prinsip-prinsip kesamaan ajaran dan sikap saling menghormati berbagai penafsiran atas ajaran Islam demi memperjuangkan kepentingan dan cita-cita mulia umat Islam Indonesia. Serta menggalang kesamaan langkah dalam mengupayakan kokohnya persaudaraan Islam.

4. Ulama dan dai berkomitmen mengoptimalkan fungsi masjid sebagai pemersatu umat dan fungsi mencerdaskan umat dengan berbagai kajian ilmu ke-Islaman.

5. Ulama dan dai senantiasa memberi keutamaan kepada pembinaan syakhsiah dan nilai hidup Muslim milenial yang sejati melalui pendekatan tarbiyah dan dakwah fardiyah sehingga melahirkan generasi muda yang mandiri dan Islami.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement