Jumat 07 Sep 2018 13:05 WIB

Muharram Awal Kebangkitan Islam

Umat Islam menyambut bulan tersebut dengan beragam tradisi.

Pengunjung memadati acara acara Tabligh Akbar Tahun Baru Hijriah 1 Muharram 1439 yang diselenggaralan 'Rasil Network'  di Masjid Agung At-Tin Taman Mini, Jakarta, Kamis (21/9).
Foto: rusdy nurdiansyah
Pengunjung memadati acara acara Tabligh Akbar Tahun Baru Hijriah 1 Muharram 1439 yang diselenggaralan 'Rasil Network' di Masjid Agung At-Tin Taman Mini, Jakarta, Kamis (21/9).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Abdul Mu'ti mengatakan, secara teologi, Muharram merupakan bulan yang suci. Pada bulan ini diharamkan untuk berperang.

Pada bulan ini juga Allah menyelamatkan para nabi dari serangan musuh. Sedangkan secara historis, Muharram merupakan awal kebangkitan Islam.

Karena itu, kata Mu'ti, umat Islam menyambut bulan tersebut dengan beragam tradisi.

Sebagian dari tradisi tersebut bentuk peng amalan ajaran Islam. Ia mencontohkan berzikir dan bershalawat.

 

Meskipun dalam Islam terdapat perbedaan pendapat mengenai zikir itu sendiri. Mu'ti mengamini bahwa banyak tradisi ketika bulan Muharram.

Baca: Momentum Syiar Islam di Tahun Baru Hijriah

Di Jawa sebagian menandai datangnya 1 Muharram dengan bertapa dan menyucikan pusaka. Tradisi seperti ini lebih didominasi oleh mitos kepercayaan Jawa.

"Sebaiknya perayaan Muharram dirayakan sesuai ajaran Islam. Jangan merayakan 1 Muharram dengan boros, kata Mu'ti.

Muhammadiyah tak mengagendakan acara khusus ketika Muharram. Hanya, mereka memperingatinya dengan berpawai atau pengajian. Warga Muhammadiyah tidak mengadakan acara zikir ataupun tradisi lainnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement