Jumat 10 Aug 2018 13:20 WIB

Penyuluh Agama Garis Terdepan Pelayanan Keagamaan

Para penyuluh agama ini berada di setiap wilayah hingga tingkat kecamatan.

Rep: Zachrotul Oktaviani/ Red: Agung Sasongko
Dakwah
Foto: Dok. Republika
Dakwah

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Kementerian Agama (Kemenag) Republik Indinesia menilai posisi penyuluh agama sangat penting. Mereka berada di garis terdepan dalam pelayanan keagamaan terhadap masyarakat.

Direktur Penerangan Agama Islam (Penais) Ditjen Bimbingan Masyarakat (Bimas) Kemenag Khoirudin pun menyebut upah penyuluh agama utamanya yang honorer tidak cukup jika dibandingkan dengan perjuangan mereka. Kemenag pun terus berupaya untuk menaikkan gaji bulanan para penyuluh agama honorer ini agar kesejahteraan mereka bisa ikut naik.

"Kalau melihat pada honor mereka, uang Rp 500ribu yang akan dinaikkan menjadi Rp 1juta ini belum bisa dijatakan cukup. Mereka berada di garis terdepan pelayanan keagamaan," ujar Khoirudin saat dihubungi Republika, Rabu (8/8).

Para penyuluh agama ini berada di setiap wilayah hingga tingkat kecamatan di Indonesia. Sementara wilayah negara ini snagat luas dan tidak sedikit kecamatannya berada di daerah terpencil atau perbatasan.

Kondisi ini menurut Khoirudin jelas tidak bisa disamakan dengan kondisi di daerah Jawa. Kondisi alam dan jarak tempuh membuat perjuangan mereka lebih berat lagi.

"Uang upah yang diberikan oleh kita ini tidak seberapa dibanding perjuangan mereka. Tapi paling tidak, dengan uang Rp 1 juta ini diharapkan sebagai bentuk apresiasi atau penghargaan pemerintah kepada mereka," lanjutnya.

Jasa para penyuluh agama honorer ini sangat besar. Mereka membantu pemerintah melakukan pembangunan bagi masyarakat di bidang agama dan kebangsaan.

Bahkan Khorudin menilai posisi mereka di masyarakat bisa disamakan dengan guru. Namun alih-alih mengajar di kelas, mereka lah yang mendatangi masyarakat untuk berbincang bersama dan bertukar pikiran

Jam pelayanan mereka pun lebih dari guru. Mereka dibiasakan selalu siap bahkan 24 jam jika diperlukan oleh masyarakat sekitarnya.

"Mereka ini langsung bersentuhan dengan masyarakat. Rata-rata penyuluh agama kita dari pimpinan-pimpinan majelis, guru mengaji, dan imam di rumah ibadah atau Masjid," ucap Khoirudin.

Para penyuluh agama ini oleh Kemenag dibagi untuk mengurusi bidang-bidang tertentu. Diantaranya ada pencegahan radikalisme, pembinaan keluarga sakinah, pembinaan mengenai haji, dan narkoba. Mereka masuk disetiap aspek kehidupan masyarakat.

"Pengorbanan penyuluh agama kita ini sangat besar dan mereka berasal dari berbagai macam latar belakang pendidikan," ucap Khorudin.

Kemenag memang memberi syarat minimal bagi penyuluh agama berpendidikan S1. Namun melihat kondisi di lapangan khususnya wilayah Indonesia bagian timur, hal ini belum tentu bisa terpenuhi. Karena itu di daerah-daerah terpencil, penyuluh agamanya ada yang hanya tamatan aliyah atau setingkat SMA.

"Untuk jadi penyuluh agama, harus ada surat rekomendasi dari MUI wilayah atau ormas setempat. Jadi meskipun bukan lulusan sarjana tapi mereka berperan aktif di masyarakat dan ada rekomendasi dari masyarakat sekitar, itu bisa," lanjut Khoirudin.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement