Senin 06 Aug 2018 15:30 WIB

Kisah Protes Si Jabang Bayi untuk Sang Ibu

Allah SWT menunjukkan kebesaran- Nya melalui lisan sang bayi.

Rep: Ratna Ajeng Tedjomukti/ Red: Agung Sasongko
Ilustrasi Wanita Menyusui Bayi
Foto: Republika/Yogi Ardhi
Ilustrasi Wanita Menyusui Bayi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tak ada yang mustahil jika Allah SWT sudah berkehendak, tak terkecuali membuat bayi-bayi mungil berbicara. Rasulullah SAW menyebutkan sepanjang kehidupan manusia, hanya ada tiga bayi yang bisa berbicara. Pertama Isa AS, kedua bayi yang menolak harapan ibunya, dan ketiga bayi Juraij.

Dalam kesempatan kali ini, redaksi akan memaparkan secara khusus kisah kedua, yaitu bayi yang berbicara dengan sang ibu demi menolak harapan ibunya. Seperti apakah kisahnya? Imam Bukhari meriwayatkan dalam Shahih-nya dari Abu Hurairah RA. Rasulullah SAW bersabda, Di kalangan Bani Israil terdapat seorang wanita yang menyusui putranya. Lalu seorang laki-laki berkendara dan berpenampilan menawan melewatinya.

Wanita itu berkata, Ya Allah, jadikanlah anakku seperti orang ini. Anak yang disusuinya itu meninggalkan susunya dan memandang laki-laki si pengendara dan berkata, Ya Allah, janganlah Engkau menjadikanku sepertinya. Kemudian dia meneruskan mengisap susunya. Abu Hurairah berkata, Seolah-olah aku melihat Nabi mengisap jarinya.

Selanjutnya, seorang hamba wanita melewatinya. Ibu berkata, Ya Allah, jangan jadikan anakku sepertinya. Anak itu meninggalkan susunya dan berkata, Ya Allah, jadikan aku sepertinya. Wanita itu bertanya, Mengapa begitu? Dia menjawab, Pengendara itu adalah salah seorang yang sombong, sementara hamba sahaya wanita itu dituduh berzina dan mencuri, padahal dia tidak melakukannya.

Kisah yang sama juga disebutkan Imam Muslim dalam kitab Shahih-nya. Riwayatnya sebagai berikut: Ma nakala seorang bayi sedang menyusu dari ibunya, seorang pengendara dengan penampilan menarik lewat dengan kendaraan yang mewah. Ibunya berkata, 'Ya Allah, jadikanlah anakku seperti orang ini.' Lalu anaknya melepas susu ibunya, memandang laki-laki pe ngendara itu dan berkata, 'Ya Allah, jangan jadikan aku sepertinya.'

Kemudian dia kembali kepada susunya dan meneruskan menyusu. Abu Hurairah berkata, Seolah-olah aku melihat Rasulullah sementara beliau menceritakan bagaimana anak itu menyusu dengan jari telunjuknya di mulutnya, maka beliau mengisapnya. Nabi bersabda, Lalu mereka melewati seorang hamba sahaya yang dipukuli orang-orang. Mereka berkata kepadanya, Kamu telah berzina dan mencuri.

Sementara hamba sahaya itu menjawab, Cukuplah Allah sebagai penolongku dan Dia adalah sebaik-baik pelindung. Ibu itu berkata, Ya Allah, jangan jadikan anakku sepertinya. Lalu si anak meninggalkan susunya dan melihat kepada hamba sahaya itu dan berkata, Ya Allah, jadikan aku seperti dia.

Pada saat itulah terjadi perbincangan antara ibu dan bayi yang disusuinya. Ibunya berkata, Semoga lehermu sakit. Telah lewat seorang laki-laki dengan penampilan menarik dan aku berkata, 'Ya Allah, jadikanlah anakku se per tinya,' tapi kamu berkata, 'Ya Allah, jangan jadikan diriku sepertinya.'

Lalu lewatlah seorang hamba sahaya wanita yang dipukuli dan mereka berkata kepadanya, 'Kamu telah berzina dan mencuri.' Lalu aku berkata, 'Ya Allah, jangan jadikan anakku se pertinya.' Dan kamu berkata, 'Ya Allah, jadikan diriku seperti dia.

Anaknya menjawab, Laki-laki itu adalah laki-laki yang sombong, maka aku berkata, 'Ya Allah, jangan jadikan aku sepertinya'. Dan sesungguhnya wanita yang mereka tuduh berzina dan men curi, sebenarnya dia tidak berzina dan mencuri. Maka, aku berkata, 'Ya Allah, jadikanlah aku sepertinya.

Saat peristiwa ini terjadi, si ibu sedang menyusui anaknya di per simpangan jalan. Orang pertama yang dili hatnya adalah pria dengan pakaian dan kendaraan yang mewah sehingga tampak seperti orang kaya, muda, sehat, dan kuat. Ibu bayi ini pun mengagumi pria tersebut dan berharap anaknya men jadi seperti dia. Namun, anaknya berbicara dan menolak doa ibunya.

Rasulullah pun hingga memperagakan bayi itu menyusu dengan jarinya sehingga umat yang mendengarkannya yakin bahwa bayi tersebut memang masih dalam usia menyusui dan bukan kiasan.

Setelah pria tersebut berlalu, ke mudian sekelompok orang melewati ibu dan bayi tersebut. Mereka menyeret dan memukuli hamba sahaya tersebut karena berzina dan mencuri. Namun, itu hanya fitnah semata.

Lantas, ibu bayi berdoa agar anaknya tidak seperti dia. Namun, bayi itu kembali menolak doa ibunya dan berbicara bahwa hamba sahaya itu adalah wanita yang salehah.

Pada saat itulah terjadi perbincangan antara ibu dan anaknya. Ibu itu bertanya kepada bayinya mengapa dia berdoa yang menyelisihi doanya. Maka, si bayi itu memberi tahu bahwa lakilaki berpenampilan menarik itu adalah seorang kafir yang durhaka lagi sombong.

Sedangkan hamba sahaya, dia adalah seorang wanita salehah. Mereka menuduhnya melakukan sesuatu yang tidak dilakukannya.

Hikmah

Dari kisah tersebut dapat diambil pelajaran bahwa manusia terkadang meminta sesuatu yang justru merugikan dirinya dan berlari dari sesuatu yang baik baginya. Ibu ini memohon agar anaknya menjadi seperti laki-laki kafir lagi sombong, sementara dia tidak menyadari bahwa itu berarti mencelakakan anaknya.

Wanita itu memohon agar anaknya tidak seperti wanita selehah tersebut, padahal kebaikan ada pada wanita itu dalam kesalehan dan ketakwaannya, walaupun dia dituduh telah melakukan sesuatu secara dusta dan palsu.

Banyak pelajaran dari apa yang dilakukan Rasulullah ketika beliau meletakkan jarinya di mulutnya untuk menceritakan bagaimana anak itu menyusu dari ibunya. Hal ini banyak di temukan dalam sejumlah hadis.

Rasulullah telah menjelaskan firman Allah, Dan bahwa yang Kami perinta kan ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan yang lain, karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalannya. (QS al-An'am: 153). Nabi membuat garis di atas pasir seraya bersabda, Inilah jalan yang lurus. Beliau juga meletakkan garis-garis di kanan kirinya dan berkata, Inilah jalan-jalan yang di masing-masing jalan terdapat setan penyeru.

Allah menjadikan, di setiap zaman, ayat-ayat yang menunjukkan kebesaran-Nya dan dengannya Dia diketahui. Muncul nilai-nilai yang dicintai Allah dan nilai-nilai Dia benci. Di antaranya adalah ucapan bayi ini, ke ti dak relaannya terhadap keadaan laki-laki yang sombong tersebut, dan ke re laannya terhadap dirinya agar bisa seperti hamba sahaya itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement