Kamis 02 Aug 2018 17:44 WIB

MUI Minta DMI Jadi Lokomotif Penanggulangan Narkoba

sejak tahun lalu MUI telah mencanangkan program Gerakan Nasional Anti Narkoba.

Rep: Novita Intan/ Red: Agung Sasongko
Indonesia Darurat Narkoba (ilustrasi)
Indonesia Darurat Narkoba (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Majelis Ulama Indonesia (MUI) meminta Dewan Masjid Indonesia (DMI) menjadi lokomotif gerakan penanggulangan narkoba berbasis masjid. Langkah ini diperlukan mengingat Pengguna narkoba di Indonesia mencapai 6 juta orang.

Sekretaris Jendral MUI, Anwar Abbas menilai pemerintah kurang menaruh perhatian khusus terhadap peredaran dan pengguna narkoba di Indonesia. Padahal setiap harinya korban akibat barang haram tersebut mencapai 30-40 orang.

“Nantinya DMI atau ormas Islam lainnya bisa bersinergi kegiatan ini. Sehingga menjadi gerakan nasional yang terkoordinir dan kuat, apalagi di DMI ada wakapolri ini momentum juga karena beliau juga mengerti dunia kenarkobaan, DMI bisa menjadi lokomotif,” ujarnya ketika dihubungi Republika.co.id, Kamis (2/8).

Menurutnya, sejak tahun lalu MUI telah mencanangkan program Gerakan Nasional Anti Narkoba (Ganas Annar). Melalui program ini masjid menjadi solusi alternative untuk melakukan rehabilitas secara terbuka.

“MUI sudah punya program sendiri, kalau MUI punya prinsip kita samakan persepsi terutama umat Islam dan bangsa ini kalau narkoba sangat berbahaya oleh karena itu dihadapi,” ucapnya.

Untuk itu, ia meminta pemerintah dan DMI untuk memberikan perhatian serius soal narkoba, di mana aspek kehidupan harus dimasukkan melalui kehidupan beragama salah satunya masjid.

“DMI bisa menjadi lokomotif meskipun di MUI ada Ganas Annar tidak akan tabrakan bisa jadi sinergikan,” ungkapnya.

Sebelumnya, Anggota Komisi Fatwa MUI Pusat Ustaz Shodiqun menuturkan, ikhtiar yang dilakukan Interzone Treatment Center merupakan jihad untuk memberantas narkoba. Menurut dia, dalam paradigma Islam, suatu perjuangan terletak pada hasil, bukan siapa yang melakukan.

"Bukan karena pernyataan Presiden (Indonesia Darurat Narkoba), tetapi penanganan narkoba merupakan tanggung jawab kita dalam konteks keummatan dan kebangsaan," ujarnya.

Shodiqun menjelaskan, metodologi yang ditawarkan Fardinan merupakan metodologi yang sangat sederhana. Karenanya, ke depan ia ingin Ganas Annar berbasis Pesantren.

"Kalau kita bicara 800 ribu masjid, maka bukan berbicara masjidnya, tetapi sumber daya manusia yang akan menopang kerja-kerja penanganan narkoba berbasis masjid. Insya Allah, materi ini akan kita sampaikan pada rapat kerja Ganas Annar seluruh Indonesia," tutupnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement