Selasa 31 Jul 2018 16:32 WIB

KH Ma'ruf Imbau Umat yang Mampu Jangan tak Berkurban

secara spiritual semangat berkurban itu juga harus dibangun dalam arti lebih luas.

Rep: Muhyiddin/ Red: Andi Nur Aminah
Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Ma'ruf Amin
Foto: Antara/Indrianto Eko Suwarso
Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Ma'ruf Amin

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tidak lama lagi, umat Islam akan merayakan Hari Raya Idul Adha atau yang dikenal dengan Hari Raya Kurban. Karena itu, Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, KH Ma'ruf Amin mengimbau kepada umat Islam yang mampu untuk memotong hewan kurban.

"Pertama umat Islam supaya yang mampu jangan tidak berkurban. Sebab itu punya nilai ibadah tinggi sekali dan punya nilai sosial yang tinggi. Masih banyak orang-orang kita yang perlu," ujar KH Ma'ruf saat ditemui di Kantor MUI Pusat, Jalan Proklamasi, Jakarta Pusat, Selasa (31/7).

KH Ma'ruf mengatakan, kegiatan memotong hewan kurban sebenarnya bisa menjadi ajang untuk memperkuat solidaritas antar sesama umat Islam. Selain itu, kita dia, berkurban juga memiliki dampak yang besar bagi kehidupan. "Kegiatan memotong kurban harus kita giatkan dan itu cerminan bagaimana solidaritas itu dibangun. Jadi syariat ini juga mempunyai dampak yang bagus sekali dan juga dampak ekonomi," ucapnya.

Dia menyontohkan seperti halnya pengusaha kambing dan sapi yang memperoleh banyak keuntungan di Hari Raya Kurban. Begitu juga umat yang kurang mampu juga akan turut merasakan perayaan Hari Raya Idul Adha. "Masyarakat yang punya peliharaan kambing atau sapi dia akan memperoleh keuntunganlah dari suasana itu," katanya.

Dia menambahkan, secara spiritual semangat berkurban itu juga harus dibangun dalam arti yang lebih luas. Misalnya, dalam konteks kebangsaan, maka berkurban harus dimaknai sebagai pengorbanan untuk agama dan bangsa. "Pengorbanan sebagai seorang hamba untuk membangun agama, pengorbanan sebagai warga bangsa masih diperlukan di dalam rangka memajukan bangsa ini," jelasnya.

Jadi, menurur dia, semangat berkorban itu harus terus dipupuk dan hidupkan seperti dulu seperti para pejuang kemerdekaan yang siap berkorban walaupun taruhannya nyawa. Namun, kata dia, dalam konteks saat ini, umat Islam bisa berjuang dalam hal pemikiran. "Sekarang ini saya kira cara berkorban kita adalah melalui pemikiran, kerja keras, untuk kemudian bisa memberikan sumbangan kepada masyarakat bangsa dan negara," kata Rais Aam PBNU ini.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement