Senin 30 Jul 2018 14:14 WIB
Pesantren Modern Internasional Dea Malela Sumbawa Besar

Mencetak Ulama dari Kawasan Pegunungan ....

PMI Dea Malela, didesain untuk menggabungkan ilmu agama dan umum.

Pondok Pesantren (Ponpes) Dea Malela di Kecamatan Lenangguar, Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB).
Pondok Pesantren (Ponpes) Dea Malela di Kecamatan Lenangguar, Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB).

REPUBLIKA.CO.ID, Presiden Joko Widodo (Jokowi) bersama sejumlah menteri Kabinet Kerja dan Gubernur NTB tampak kompak menabuh alat musik angklung. Hal itu pun sebagai pertanda diresmikannya bangunan baru Pontren De Malela, NTB. Ya, Ahad (29/7), Presiden Joko Widodo meresmikan fasilitas Pesantren Modern Internasional (PMI) Dea Malela, yang berlokasi di Kabupaten Sumbawa Besar, Provinsi Nusa Tenggara Barat. 

Dalam kesempatan itu, Kepala Negara mengapresiasi keindahan tata letak pondok pesantren yang berdiri di kawasan pegunungan dan perbukitan tersebut. "Saya melihat dari atas tadi, gedung-gedungnya sangat tertata, tata ruangnya sangat bagus dengan kontur-kontur naik dan turun, di depannya ada gunung yang menjulang indah, kanan-kiri ada perbukitan," ujar Presiden.

photo
Presiden bersama sejumlah menteri Kabinet Kerja dan Gubernur NTB menabuh angklung meresmikan bangunan baru Pontren De Malela, NTB. (Foto: Biropers)

Dengan hadirnya beragam fasilitas penunjang tersebut, Presiden pun meyakini jika PMI Dea Malela akan menjadi pusat pendidikan Islam yang unggul di Tanah Air dan juga dunia internasional. 

"Jadi, kalau tadi disampaikan oleh Prof Din Syamsuddin bahwa ini akan menjadi kampus internasional, insya Allah bukan sesuatu mimpi, tetapi akan menjadi sebuah kenyataan," ucap Presiden.

Adapun fasilitas yang diresmikan Presiden, antara lain, adalah perpustakaan, gedung belajar, masjid, dan wisma.

Tak lupa, Presiden juga mengajak masyarakat yang hadir untuk bersama-sama memelihara anugerah keberagaman yang dimiliki negara Indonesia. Hal tersebut dilakukan guna menjaga aset terbesar bangsa Indonesia, yakni persatuan, kerukunan, dan persaudaraan yang terjalin kuat antarmasyarakat.

"Saya mengajak kita semuanya untuk terus memelihara dan merawat ukhuwah Islamiyah kita, merawat dan menjaga ukhuwah wathaniyah kita, karena itulah tugas kita bersama," kata Jokowi.

"Selain itu, penduduk kita ada 263 juta jiwa, terdiri atas 514 kabupaten/kota dan 34 provinsi. Agama kita, adat kita, tradisi kita, suku kita, bahasa kita sangat majemuk. Kita punya 714 lebih suku, 1.100 lebih bahasa. Semua ini adalah anugerah yang diberikan Allah. Karenanya, persatuan, kerukunan, dan persaudaraan adalah aset terbesar kita," ujarnya.

Presiden melihat, sebagai sebuah negara besar, tidak salah jika bangsa dan masyarakat Indonesia bermimpi dan bercita-cita besar. "Saya titip, jangan sampai Indonesia retak. Jangan sampai kita tidak rukun hanya gara-gara pilihan bupati, wali kota, gubernur, atau presiden. Pesta demokrasi akan terus ada tiap lima tahun. Sekali lagi, jangan sampai gara-gara pesta demokrasi, kita tidak rukun. Jangan bawa politik ke ranah persatuan dan persaudaraan kita dan merusaknya," kata Jokowi menegaskan.

Pengasuh PMI Dea Malela, M Din Syamsuddin, mengatakan, PMI Dea Malela yang berada dalam naungan Yayasan Pendidikan dan Kebudayaan Dea Malela berdiri pada 2016 silam dan berada dalam lahan tak kurang dari 90 hektare. Pada 2018 ini, adalah tahun ketiga PMI Dea Malela. 

"Kami menerima 138 santri. Dari jumlah tersebut, 21 santri berasal dari luar negeri, yakni Russia, Thailand, Kamboja, Malaysia, dan Timor Leste. Untuk santri dalam negeri, selain dari Provinsi NTB, ada pula santri dari Aceh, Jakarta, Papua, Jawa Barat, dan lain sebagainya," ujar Din.

Total santri Pesantren Internasional Dea Malela sebanyak 272 santri nasional dan internasional, yang terdiri dari 117 santriwati dan 151 santriwan. Dari Jumlah tersebut, ada santriwati dan santriwan luar negeri yang berasal, antara lain, dari Thailand 16 orang, Kamboja 9 orang, Timor Leste 8 orang, dan Rusia 2 orang. 

Menurut Din, ke depan, PMI Dea Malela berencana menambah jenjang pendidikan, yaitu Universitas Islam Internasional Dea Malela. PMI Dea Malela, kata dia, didesain untuk menggabungkan ilmu agama dan umum. "Dea Malela bukan didesain untuk mencetak ulama klasik yang hanya mempelajari fikih agama, tetapi juga fikih fisika, fikih biologi, matematika, dan lain sebagainya,"  katanya.

Din mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari berbagai pihak sehingga PMI Dea Malela bisa berkembang pesat. "Modal kami saat mendirikan PMI ini adalah hanya niat dan cita-cita. Karena kami berkeyakinan, jika kita menolong agama Allah, maka Allah akan menolong kita," ujar Din

Din mengungkap, PMI banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, baik instansi maupun masyarakat. Ia berharap, ke depan, PMI akan menjadi kampus modern.

"Semoga ke depan, PMI mampu menjadi kampus modern dan mendunia, untuk kemudian menyebarkan Islam yang rahmatan lil 'alamin, mampu mencetak generasi anak bangsa yang siap dan mampu bersaing dan bertanding di pentas internasional. Dari desa, untuk dunia. Dan, Kami wakafkan PMI ini untuk bangsa Indonesia," ujar Din. 

Ikut hadir mendamping Presiden, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan Menteri PUPR. Hadir pula Gubernur dan Gubernur terpilih Provinsi NTB, Kakanwil Kemenag Provinsi NTB, tokoh agama dan masyarakat NTB, para wali santri, dan lain sebagainya.

sumber : kemenag.go.id
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement