Jumat 27 Jul 2018 13:31 WIB

Indonesia Contoh Moderasi Islam Bagi Negara Lain

Islam di Indonesia bisa menjadi model bagi dunia lain

Rep: M Nursyamsi/ Red: Agung Sasongko
Gubernur NTB TGB Zainul Majdi bersama Mantan rektor Universitas al-Azhar Mesir, Ibrahim Sholah al- Hudhud, dan Imam Besar Masjid Syaikh Abdul Qodir Jaelani, Baghdad, Irak, Anas Mahmud Kholaf membuka Konferensi Ulama Internasional di Ballroom Islamic Center NTB, Mataram, NTB, Jumat (27/7).
Foto: Republika/Muhammad Nursyamsyi
Gubernur NTB TGB Zainul Majdi bersama Mantan rektor Universitas al-Azhar Mesir, Ibrahim Sholah al- Hudhud, dan Imam Besar Masjid Syaikh Abdul Qodir Jaelani, Baghdad, Irak, Anas Mahmud Kholaf membuka Konferensi Ulama Internasional di Ballroom Islamic Center NTB, Mataram, NTB, Jumat (27/7).

REPUBLIKA.CO.ID,MATARAM -- Imam Besar Masjid Syaikh Abdul Qodir Jaelani, Baghdad, Irak, Anas Mahmud Kholaf, mengatakan, Islam di Indonesia bisa menjadi model bagi dunia lain, terutama di negara-negara timur tengah.

"Indonesia sebagai penduduk Muslim terbesar di dunia dapat menjadi model moderasi Islam sehingga dengan itu kita melihat Indonesia bisa aman dan stabil. Ini yang tidak ada di negara-negara lain, terutama di sebagian negara timur tengah yang dirundung konflik," ujar Mahmud di sela-sela Konferensi Ulama Internasional di Ballroom Islamic Center NTB, Mataram, NTB, Jumat (27/7).

Ia melihat, komitmen dan konsistensi Indonesia dalam penerapan moderasi Islam perlu diapresiasi dan ditiru negara-negara lain. "Moderasi Islam memang harus terus kita tegakkan dan kita bersyukur Indonesia berada pada garda terdepan," lanjutnya. 

Dalam konteks politik, ia berpendapat bahwa politik itu tidak bisa dipisahkan dari agama, meski setiap bidang memiliki ahlinya masing-masing. Ia berharap, para ulama yang konsisten bergerak di masjid dan dakwah tetap mengembangkan ilmu pengetahuan.

"Begitu juga yang berada di jalur politik, mereka tetap berpegang teguh pada etika dan nilai-nilai keislaman sehingga antara agama dan politik itu bisa berjalan secara berdampingan. Kita harus akui masing-masing bidang itu ada ahlinya, tapi kita berharap keduanya bisa saling melengkapi," kata dia.

Sejauh ini, ia melihat para dai terus menjaga masjid-masjid agar tetap konsisten mengembangkan dakwah dan ilmu pengetahuan. "Jangan sampai masjid itu digunakan kepentingan-kepentingan di luar, yang merusak nilai agama," ucapnya. 

Dosen Ushul Fiqh & Alumni Al-Azhar Al-Syarif asal Suriah Muhammad Darwis melihat Indonesia merupakan negeri dengan penduduk Islam terbesar di dunia yang begitu ramah dan memuliakan banyak orang.

"Saya melihat Islam yang diterapkan di Indonesia itu Islam yang wasathiyyah, Islam yang sangat toleran dan menghargai perbedaan," kata Darwis. 

Hanya saja, lanjut dia, dalam perkembangan terakhir begitu masuk pemikiran-pemikiran dari luar yang ekstrem. Menurutnya, hal ini mengganggu kehidupan beragama dan berbangsa di Indonesia.

"Oleh karena itu kita perlu terus dorong moderasi dan bangsa Indonesia berpegang teguh pada ajaran Islam yang wasathiyyah," ucapnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement