Selasa 26 Jun 2018 19:16 WIB

Perlu Kreativitas Mempromosikan Objek Wisata Halal

Televisi lokal di dunia banyak sekali iklan-iklan Asia khususnya Cina, Malaysia.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Andi Nur Aminah
Desa Wisata Halal Setanggor, Lombok Tengah. Pengunjung bisa merasakan sensasi mengaji di tengah sawah.
Foto: Republika/Muhammad Nursyamsyi
Desa Wisata Halal Setanggor, Lombok Tengah. Pengunjung bisa merasakan sensasi mengaji di tengah sawah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Infrastruktur menjadi modal dasar objek wisata. Pemerintah, stakeholder terkait dan pelaku industri wisata halal juga perlu lebih disinergikan. Selain itu pemerintah, stakeholder terkait dan pelaku industri wisata dinilai perlu meningkatkan promosi dengan cara-cara yang kreatif. 

Tour Leader Profesional, Maulana Gunawan Surbakti mengatakan, dalam hal ini pemerintah harus bergandengan dengan pihak swasta dan pihak-pihak terkait wisata halal. Contoh saja Malaysia, Singapura, Thailand dan Cina. Setiap tahun mereka melakukan promosi di luar negeri, meskipun wisatawan yang berkunjung ke negara mereka sudah banyak.

"Dan yang lebih hebatnya lagi di setiap televisi lokal di dunia banyak sekali iklan-iklan Asia khususnya Cina, Malaysia, Thailand. Nah ini yang membuat mereka makin maju pariwisatanya," kata Gunawan kepada Republika.co.id, Selasa (26/6).

Ia menerangkan, Indonesia bisa membuat pameran-pameran wisata di luar negeri. Tapi pameran khusus wisata, artinya bukan pameran gabungan. Sebagai contohnya, sejumlah provinsi di Cina dan Malaysia menggelar pameran dan memasang iklan di media elektronik. Mereka mempromosikan objek wisata di provinsinya masing-masing.

Gunawan juga mengingatkan, sebagus apapun objek wisata tetap harus ditunjang dengan sumber daya manusia yang memadai. Dia mencontohkan, objek wisata di Cesky Krumlov, Ceko. Objek wisata di sana tempatnya terpencil tapi wisatawan asingnya sangat banyak sekali.

"Kalau di Indonesia saya berharap kota-kota kecil seperti Tasikmalaya, Baduy, Kawah Kamojang, Bromo, Dieng itu bisa seperti yang saya contohkan (seperti Cesky Krumlov, Red)," ujarnya.

Ia menegaskan, kota-kota seperti Toraja dan Banjarmasin yang menyimpan sejuta kenangan serta peristiwa juga tidak kalah potensinya. Maka harus mulai promosi dan beriklan, tidak bisa hanya menunggu saja. Sektor pariwisata jangan hanya branding saja, sebaiknya kerjakan dengan cepat, bukan hanya melakukan survei tapi tidak dilaksanakan.

Chairman Indonesia Halal Lifestyle Center (IHLC), Sapta Nirwandar juga menyarankan, promosi jangan dilakukan sebentar, promosi harus lama supaya jangkauannya luas. Promosi dilakukan di dalam negeri dan luar negeri.

Diam mengatakan, promosi wisata halal ke luar negeri tentu harus mengincar negara yang mayoritas penduduknya Muslim, juga bisa ke suatu daerah yang penduduk Muslimnya banyak. Seperti di Cina, ada daerah yang penduduk Muslimnya banyak.

"Yang penting, jangan dilupakan, bagaimana mereka (wisatawan asing ke Indonesia), maka perlu ada kerja sama dengan airline, kalau airline belum bisa dari Indonesia maka kita harus bekerjasama dengan airline yang punya penerbangan ke Indonesia," terangnya. 

Sapta menyampaikan, promosi di luar negeri bisa melalui media elektronik seperti website, media online dan televisi. Bisa juga promosi di mal-mal yang ada di luar negeri, sehingga bisa menjual paket-paket wisata langsung ke masyarakat. Bisa juga promosi melalui komunitas, contohnya ada komunitas hijaber di suatu negara yang diajak bekerjasama.

Sementara, Tour Leader Muslim, Arsiya Heni Puspita menyarankan melakukan promosi melalui Kedutaan Besar Indonesia di setiap negara. Tim bisa menyebarkan brosur objek wisata di Indonesia yang menggunakan bahasa negara tersebut.

Melalui Kedutaan Besar Indonesia juga bisa membuat even-even seperti pameran wisata halal. Bisa juga mereka menjemput bola dengan mendatangi komunitas-komunitas, travel agent dan lain sebagai yang bisa mendatangkan wisatawan dari luar negeri ke Indonesia.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement