Selasa 12 Jun 2018 01:26 WIB

Pesantren Butuh Pengakuan Negara

Indonesia memiliki 29 ribu pondok pesantren.

Rep: Debbie Sutrisno/ Red: Muhammad Hafil
Presiden Jokowi meninjau Kois Modern NU (Kimonu) yang berada di pondok pesantren Asshidiqqiyah 3, Kabupaten Karawang, Rabu (6/6).
Foto: Republika/Debbie Sutrisno
Presiden Jokowi meninjau Kois Modern NU (Kimonu) yang berada di pondok pesantren Asshidiqqiyah 3, Kabupaten Karawang, Rabu (6/6).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) kerap berkunjung ke pondok pesantren. Tak hanya di pondok pesantren yang ada di Pulau Jawa, sejumlah pesantren yang ada di luar Jawa pun sering disambanginya.

Staf Khusus yang mendampingi Presiden di acara keagamaan domestik di pondok pesantren, Abdul Ghofar Rozin mengatakan, pesantren merupakan tempat pendidikan agama yang sudah lama berdiri bahkan sebelum negara ini meraih kemerdekaan dari para penjajah. Sayangnya selama ini pemerintah tidak banyak melirik mengenai keberadaan dan potensi yang bisa didapat dari para santri di pondok pesantren.

Dan, hal yang paling dibutuhkan pesantren sebenarnya bukan dalam bentuk bantuan, tapi pengakuan dari pemerintah. "Lebih pada rekognisi. Pesantren itu kan ada sebelum negara ini ada.Tapi ke mana kan (pemerintah). Pengakuan formil mungkin bisa menyusul, tapi bahwa kemudian presiden sebagai simbol negara hadir di pesantren itu saya kira membangkitkan moral kawan-kawan pesantren," ujar Gus Rozin saat berbincang akhir pekan kemarin.

Dia menuturkan di Indonesia ini sedikitnya ada sekitar 29 ribu pondok pesantren. Meski setiap kali presiden berkunjung memberikan bantuan, tapi itu bukanlah yang utama bagi para pengurus dan santri pesantren. Yang paling utama adalah rekognisi pemerintah terhadap pesantren.

 

Rozin mengatakan, masih banyak pesantren yang belum didatangi Jokowi, baik pesantren Muhammadiyan, NU, dan lainnya. Kemudian antara pesantren modern maupun pesantren salaf. Namun, Rozin menilai bahwa pesantren salaf memiliki kebutuhan lebih utama untuk didatangi ketimbang pesantren modern.

Pesantren modern secara umum sudah memiliki sekolag formal. Dengan kata lain pesantren ini beberapa sudah ada keterikatan dengan pemerintah, atau bisa disebut pemerintah sudah hadir. Sementara pesantren salaf mayoritas belum mempunyai keterikatan dengan pemerintah, untuk itu pesantren seperti ini lah yang sebaiknya dikunjungi pemerintah termasuk Presiden Jokowi.

"Saya kira dari sisi kebutuhan pesantren salaf perlu lebih diperhatikan," ujarnya.

Dalam membantu presiden sebagai staf khusus, Rozin sudah dua kali mengikuti Jokowi dalam kunjungan kerja. Pertama dia ikut serta dalam acara perkumpulan para kyai se-Kuningan. Lalu Rozin pun ikut kembali dalam kunjungan pondok pesantren di Karawang serta Indramayu. Sementara di lingkup Istana Negara, dia beberapa kali hadir termasuk dalam acara Nuzurul Quran.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement