Kamis 07 Jun 2018 16:08 WIB

DMI Ragukan Ada Masjid DKI Jakarta Terpapar Radikalisme

Kritik tak sama dengan radikalisme.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Muhammad Hafil
Logo Dewan Masjid Indonesia
Logo Dewan Masjid Indonesia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dewan Masjid Indonesia (DMI) meragukan pernyataan ihwal adanya penceramah di lebih dari 40 masjid DKI Jakarta yang menyebarkan paham radikalisme. DMI menilai perlu ada tinjauan ulang atas pernyataan tersebut.

"Sekian puluh masjid DKI terpapar radikalisme, masih meragukan. Maksudnya bukan menolak, tetapi perlu tinjauan lagi," kata Sekjen DMI Imam Addaruqutni, Kamis (7/6).

Ia menilai perlu ada tinjauan ulang atas pernyataan tersebut. Sebab, menurut dia, persoalannya justru banyak masjid yang militansi dan kritis terhadap persoalan dan kondisi sosial di lingkungannya.

"(Kritis) itu beda dengan radikalime," ujar dia.

Addaruqutni mengingatkan, dari berbagai peristiwa teror yang terjadi di Indonesia, tidak ada pelaku yang merupakan aktivis masjid di DKI Jakarta. Selain itu, Addaruqutni mengatakan, pada umumnya masjid-masjid di DKI Jakarta terbuka dengan masyarakat, pejabat, pegawai, dan unsur ormas Islam.

"Masing-masing ada tuan rumahnya. Jadi, itu termasuk alasan saya meragukan," ujar dia.

Ia mengatakan, keberadaan masjid kritis di DKI ada, seperti di Tanjung Priuk, Tanah Abang, atau Grogol. Ia mengatakan, kekritisan masjid-masjid terbut sudah terkenal sejak zaman kepemimpinan Presiden Seoharto.

"(Masksunya) kritiknya garang. Itu beda dengan radikalisme. Itu berhubungan kondisi sosial yang ada di Jakarta umumnya, dan di sekitar sana khususnya," tutur Addaruqutni.

Ia mengatakan, kondisi sosial bisa membentuk karakter suatu masjid. Ia meminta ada penegasan perbedaan ihwal masjid yang bersuara keras dengan yang menyampaikan paham radikalisme yang melahirkan kelompok terorisme.

Informasi tentang adanya masjid-masjid yang menjadi tempat penyebaran paham radikal datang dari cendekiawan Muslim Azyumardi Azra. Hal itu disampaikan dalam pertemuan antara Presiden Joko Widodo dan para cendekiawan Muslim di Istana Negara, Senin (4/6). Ia mengatakan, terdapat sekitar 40 masjid di wilayah DKI yang memberikan ceramah mendekati radikalisme. Penceramah justru mengajarkan paham radikal dan intoleran.

Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno membenarkan adanya masjid di DKI menyebarkan paham radikal. Sandi menyebut ada puluham masjid di Ibu Kota yang menjadi tempat penyebaran paham radikal. Sandi memerintahkan anak buahnya di lingkungan Pemprov DKI untuk melakukan pembinaan terhadap masjid-masjid tersebut.

Dia mengatakan akan memberikan pembinaan kepada pengurus masjid yang menjadi tempat penyebaran paham radikal. Sandi mengaku sudah mengetahui 40 masjid yang diduga terpapar radikalisme itu.

"Ini data yang kami pegang tentunya kami akan pastikan bahwa ada pembinaan. Sudah terpantau dan kami akan berikan pembinaan," kata dia.

Namun, Sandiaga mengaku tak bisa membeberkan nama-nama masjid yang disebutnya menjadi tempat penyebaran radikalisme tersebut. Dia mengatakan akan melakukan pendekatan khusus agar di Ibu Kota tak ada radikalisasi. Sandi menyebut, salah satu indikasi adanya radikalisme adalah di tempat tersebut selalu disampaikan ujaran kebencian yang memecah belah persatuan. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement