Selasa 15 May 2018 15:05 WIB

Muslimat NU akan Hidupkan Konter Radikalisme untuk Kaum Ibu

Program yang bekerja sama dengan BNPT tersebut terhenti tiga tahun terakhir.

Rep: Muhyiddin/ Red: Ratna Puspita
[Ilustrasi] Densus 88 menggeledah kediaman tersangka pengeboman gereja Surabaya di Jalan Wonorejo Asri Rungkut Surabaya, Jatim, Ahad (13/5) malam.
Foto: Republika/Wilda Fizriyani
[Ilustrasi] Densus 88 menggeledah kediaman tersangka pengeboman gereja Surabaya di Jalan Wonorejo Asri Rungkut Surabaya, Jatim, Ahad (13/5) malam.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Muslimat NU berencana menghidupkan kembali program konter radikalisasi atau deradikalisasi yang menggandeng Badan Nasional Pemberantasan Terorisme (BNPT) untuk kaum ibu. Rencana tersebut menyusul aksi terorisme di Surabaya pada Ahad (13/5) kemarin. 

Sekretaris Umum PP Muslimat NU, Ulfah Masfufah, mengatakan sebenarnya beberapa tahun lalu, Muslimat NU sempat bekerjasama dengan BNPT untuk mengantisipasi penyebaran pemahaman agama yang keliru. Namun, kata dia, sekitar tiga tahun ini, kerjasama untuk menyebarkan antiradikalisme di kalangan pengajian ibu-ibu terhenti lantaran komunikasi yang kurang intens. 

Karena itu, ke depan Muslimat NU akan kembali menjalin kerjasama itu. "Kita kemarin sudah bahas dengan Ibu Ketum Bu Khofifah untuk kerjasama lagi dengan BNPT karena ternyata ini laten bahayanya. Jadi perempuan perlu meningkatkan peranannya, terutama muslimat NU," ucapnya saat dihubungi //Republika.co.id//, Selasa (15/5).

Menurut Ulfah, nantinya Muslimat NU akan menyosialisasikan lagi soal bahaya terorisme dan radikalisme di kalangan ibu-ibu. Karena, menurut dia, seorang ibu juga sangat menentukan penanaman pemahaman keagamaan bagi anak-anaknya. 

Ulfah juga mengatakan pemahaman radikal dan ektremisme juga bisa datang dari sekolah atau kampus. Karena itu, seorang ibu harus benar-benar memperhatikan keluarganya, khususnya anak-anaknya. 

Dalam hal ini, menurut dia, Muslimat NU akan berkoordinasi dengan Badan Otonom Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU). Dengan demikian, bisa menyelamatkan generasi muda perempuan dari pemahaman yang menyimpang dari ideologi NKRI.

Ulfah mengatakan kejadian di Surabaya menunjukkan radikalisme dan terorisme kini tidak hanya menyasar lelaki, tetapi juga perempuan di Indonesia. Karena itu, menurut dia, sangat penting sekali untuk mengencangkan kembali gerakan konter radikalisme atau deradikalisasi di kalangan perempuan, khsusunya ibu-ibu.

Apalagi, Jawa Timur merupakan basis daripada warga nahdliyin. "Ternyata yang kami lakukan selama ini masih kurang dan perlu digencarkan lagi," jelasnya.

Menurut Ulfa, pelaku teroris perempuan yang terlibat aksi terorisme di Surabaya mungkin telah mendapatkan doktrin yang menyimpang sejak beberapa tahun lalu. Kemudian, doktrin itu akhirnya memuncak lewat aksi bom bunuh diri itu. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement