Jumat 27 Apr 2018 13:05 WIB

Kemenag Gelar Festival Budaya Islam 2018

Festival tahun ini dikhususkan pada tiga kesenian yang berkembang di Provinsi Jambi.

Rep: Muhyiddin/ Red: Ani Nursalikah
Alat musik rebana.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Alat musik rebana.

REPUBLIKA.CO.ID, JAMBI -- Untuk melestarikan kesenian Islam, Kementerian Agama (Kemenag) melalui Direktorat Penerangan Agama Islam menggelar Festival Budaya Islam dengan mengangkat tema Jambi Menabuh 2018. Festival tahun ini dikhususkan pada tiga kesenian yang berkembang di Provinsi Jambi, yaitu hadrah, rebana klasik dan kompangan.

Festival ini diselenggarakan di Asrama Haji Provinsi Jambi pada 26-28 April 2018. Sebanyak 330 peserta yang tergabung dalam 33 grup kesenian berciri khas tabuhan tangan berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. Para peserta berasal dari 11 Kabupaten/Kota se-Provinsi Jambi.

Acara ini dibuka secara resmi oleh Direktur Penerangan Agama Islam Khoirudin dengan ditandai pemukulan gong. Ribuan masyarakat tampak antusias menyaksikan malam pertama seusia acara pembukaan. Acara ini dihadiri pula Kanwil Kemenag Jambi, Muhammad dan perwakilan dari Pembimas Katolik dan Buddha.

Khoirudin mengatakan pemerintah berkomitmen melestarikan budaya dan kesenian Islam, termasuk kesenian di luar musik. "Kami telah berkomitmen mendorong pelestarian kesenian Islam, baik itu seni musik seperti hadrah, syair, seni kaligrafi, dan yang lainnya," ujar Khoirudin dalam siaran pers yang diterima Republika.co.id, Jumat (27/4).

Saat ini, menurut dia, kesenian islami khas Indonesia adalah aset berharga dan banyak diminati oleh negara lain. Menurut dua, peluang ini harus dimanfaatkan dengan melakukan ekspor kesenian Islam Indonesia agar dapat mewarnai perkembangan sejarah Islam di dunia.

"Kesenian Islam kita telah diminati oleh negra negara lain, ini kesempatan kita ekspor kreativitas anak-anak kita," ucapnya.

Ketua DPP Lembaga Seni Qasidah Indonesia (LASQI) yang juga Sekretaris Ditjen Bimas Islam, Tarmizi Tohor menegaskan kesenian seperti musik religi dapat dijadikan alat tangkal atas kebudayaan dari luar yang tidak sesuai dengan nilai nilai Islam.

"Sebagai bangsa dengan populasi penduduk Islam terbesar di dunia sudah semestinya kita memiliki daya tangkal atas budaya yang datang dari luar, kesenian seperti hadrah, rebana dan kompangan khas Jambi saya kira bisa menjadi penangkalnya," kata Tarmizi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement