Selasa 10 Apr 2018 18:24 WIB

Uskup Asmat: Kunjungan Presiden Teguhkan Masyarakat

Dengan kunjungan Jokowi, maka kebijakan pusat terhadap Asmat akan lebih akomodatif.

Sejumlah warga Suku Asmat berjalan disebuah perempatan jalan yang terbuat dari papan di Kabupaten Asmat Propinsi Papua
Foto: ANTARA
Sejumlah warga Suku Asmat berjalan disebuah perempatan jalan yang terbuat dari papan di Kabupaten Asmat Propinsi Papua

REPUBLIKA.CO.ID, TIMIKA -- Uskup Keuskupan Agats, Asmat, Provinsi Papua, Mgr Aloysius Murwito OFM meyakini, kehadiran Presiden Joko Widodo di Kabupaten Asmat dalam agenda kunjungan kerja pada Kamis (12/4) pasti meneguhkan masyarakat setempat. "Kunjungan Bapak Presiden ke Asmat pasti meneguhkan kami dan membawa berkat bagi kami karena beliau sebagai pimpinan tertinggi RI mengetahui situasi konkrit kami yang memang berbeda dengan situasi yang lain," kata Uskup Aloysius, Selasa (10/4).

Dia mengatakan, rencana kunjungan Presiden Jokowi merupakan berita gembira. Sebab, sejak periode Presiden sebelumnya, baru Presiden Jokowi yang akan menjadi Presiden pertama mengunjungi Asmat.

"Paling tidak, saya selama 15 tahun di Asmat tidak mendapat kunjungan bahkan seorang menteri tetapi akhir-akhir ini kunjungan menteri banyak, Presiden RI datang. Dengan kedatangnnya pasti akan membuka pikiran dan pemahaman daerah ini dengan cara yang amat unik yang tidak ada bandingnya dengan tempat lain," ujarnya.

"Kami orang dari pedalaman yang jarang bahkan tidak pernah ketemu dengan tokoh-tokoh nasional, dengan kehadiran Presiden kami merasa beliau mau memberikan perhatian kepada kami dan menggembirakan bagi kami semua," katanya lagi.

Uskup Aloysius meyakini, dengan kunjungan Jokowi, kebijakan-kebijakan tingkat pusat terhadap Asmat akan menjadi lebih akomodatif, lebih cocok dan sesuai dengan situasi di Asmat. Sebab, menurut dia, Asmat harus diperlakukan dengan kebijakan-kebijakan yang lebih kontekstual.

Dia mengakui, pada tahun terakhir usia Kabupaten Asmat yang kini genap 15 tahun, masyarakat mengalami perubahan akibat perjumpaan-perjumpaan dan tawaran-tawaran yang seharusnya diikuti dengan satu perubahan perilaku masyarakat. Apalagi, kalau kaitanya dengan orang yang sudah dimanjakan oleh alam.

"Biasanya alam ini kan sudah biasa memanjakan masyarakat, tetapi hidup tidak hanya terdiri dari sagu dengan ikan, tetapi pendidikan harus lebih berkualitas, anak-anak harus sekolah, harus tekun dan harus berjuang betul supaya tamat SD betul-betul keadaannya cocok dengan tamatan SD, SMP, SMA sampai perguruan tinggi," ujarnya.

Dengan kehadiran Jokowi diharapkan membuka pikiran dan mata masyarakat Asmat untuk mau memacu dan mau berubah menuju pada kemajuan-kemajuan. Sebab, jika tidak, maka masyarakat akan menjadi objek-objek pembangunan saja dan tidak menjadi subjek.

"Orang asli Asmat harus bisa dipercaya untuk ha-hal yang besar, menjadi kepada dinas, menangani sebuah lembaga-lembaga terpercaya dan bukan hanya pelaksana-pelaksana tetap juga bisa diberikan kepercayaan yang lebih besar, tapi untuk itu memang harus mandiri dan orang harus berubah dan salah satunya dengan keseriusan memajukan persekolahan bagi mereka sendiri," kata Uskup Aloysius.

Ia juga berharap, agar Presiden Jokowi dapat mengembangkan sisitem transportasi sungai dan laut. Jalan trans Papua, menurut Uskup Aloysius, telah melewati Asmat tetapi melalui jalur pinggiran Asmat yang berbatasan dengan kabupaten Nduga dan bukan di daerah sentral Asmat.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement