Ahad 08 Apr 2018 22:51 WIB

Mengobati Penyakit Hati

Ada dua penyakit yang dapat dijangkit oleh manusia

Ilustrasi Amarah
Foto: Foto : MgRol_94
Ilustrasi Amarah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --Setiap manusia pasti menghadapi permasalahan dalam hidupnya. Beragam respons manusia dapat disaksikan ketika persoalan datang. Ada yang sabar, juga ada yang tidak memampu mengatasinya. Namun, yang dikhawatirkan, yakni ketika mereka tidak mampu mengatasi berbagai problematika kehidupan. Mereka bisa dikuasai oleh nafsu sehingga perbuatan dan tutur katanya dapat mengarah kepada hal-hal kasar.

Ustaz Oemar Mita dalam Majelis Ilmu Rawamangun Masjid Al-Falah, Jakarta, mengingatkan tentang penyakit kasar manusia ketika mendapatkan problem kehidupan. Ia meminta umat Muslim mengetahui obat dari berbagai penyakit yang diturunkan oleh Allah. "Di kala Allah menurunkan penyakit baik hati maupun jasad kecuali Allah, pasti Allah turunkan kepada kita obatnya," ujar dia.

Menurut Ibnu Qayyim, kata Ustaz Oemar, ada dua penyakit yang dapat dijangkit oleh manusia, yakni yang bersifat fisik dan hati. Kedua penyakit ini memiliki karakter yang berbeda, yaitu jika penyakit yang bersifat fisik maka akan mengggurkan dosa apabila mampu menghadapinya dengan sabar. Sebaliknya, penyakit hati akan menambah dosa dan penyakitnya apabila tidak mampu mengatasinya. Salah satu penyakit hati tersebut adalah sikap kasar baik perbuatan ataupun tutur kata. Ustaz Oemar menekankan agar umat Muslim senantiasa mengerti obat dari penyakit yang dijangkitnya.

Dia mengutip satu ayat Alquran surah Maryam (32) yang berbunyi, "Dan berbakti kepada ibuku, dan Dia menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka." Menurut dia, para ahli tafsir mengatakan bahwa ayat ini mengisahkan tentang kelembutan sikap Maryam, baik tutur kata maupun perbuatannya. Perbuatan yang bisa membuat seseorang menjadi lembut, yakni ketika ia berbuat baik kepada ibu. Maka, Allah tidak akan menjadikan orang tersebut sombong dan celaka. Untuk itu, kata Ustaz Oemar, ketika terdapat seseorang kasar dalam perbuatan dan ucapannya perlu dilihat terkait hubungan dengan ibunya.

"Di sini mengerti tentang faedah bahwa ketika dia kasar, dia pasti ada masalah dengan ibunya. Kalau baik kepada ibunya maka Allah tidak akan membuat seseorang kasar dan celaka. Tidak ada kesalehan kecuali berbanding lurus dengan tingkat bakti kepada orang tua," kata Ustaz Oemar.

Rasululllah bersabda bahwa "Tidak ada kebaikan yang Allah segerakan pahalanya di dunia sebelum mendapatkan pahala di akhirat, yakni kecuali berbakti kepada orang tua. Sebaliknya, tidak ada kejahatan, Allah segerakan azabnya sebelum nanti di akhirat kecuali kejahatan itu kepada orang tua".

Oleh karena itu, sabda tersebut menandakan bahwa berbakti kepada orang tua, khususnya ibu, merupakan sesuatu yang sangat penting. Itu pula yang membuat para ulama salaf memperhatikan sungguh-sungguh muamalah kepada seorang ibu.

Imam Ibnu Abbas mengatakan, ada tiga ayat Allah diturunkan di mana pengamalan ketiga ayat tersebut tidak Allah terima sampai tiga amal penyertanya dilakukan, yaitu tidak akan diterima ibadah shalat apabila belum menunaikan zakat. Kemudian ketataan seseorang kepada Allah tidak akan diterima sampai umat Muslim juga mencintai Rasulullah. Rasa syukur manusia pun tidak akan diterima sebelum terlebih dahulu bersyukur kepada orang tua.

"Makanya, musibah yang paling besar itu setelah meninggalkan rasul. Kedua meninggalnya ibu kita. Kata Ibnu Umar mengapa? Tertutup semua pintu kebaikan setelah orang tua kita meninggal. Beruntung yang masih ditemani ibunya karena itu cara kita untuk memperbaiki sikap kita," ujar dia. Jika seorang ibu sudah meninggal, seorang anak disarankan untuk memperbanyak sedekah atas nama ibunya.

Sebab, Ustaz Oemar meyakini sedekah tersebut akan sampai kepada ibunya yang sudah meninggal. Ustaz Oemar juga mengingatkan tentang penyakit yang bisa dialami oleh manusia, yakni syahwat yang menguasai hati. Dan syahwat pun tidak bisa dibunuh, tapi hanya dapat menghalanginya. Syahwat sengaja diciptakan oleh Allah untuk penghalang manusia beribadah.

Imam Ibnu Qayyim mengungkapkan alasan syahwat diciptakan. Menurut dia, dunia adalah tempat ujian bagi manusia. Maka dari itu, Allah menciptakan syahwat sebagai alat penguji keimanan. Syahwat menjadikan manusia menyukai keduniaan. Oleh karena itu, Ustaz Oemar cara melawan syahwat tersebut dengan tidak meremehkan shalat. "Orang yang meninggalkan shalat dia akan terkungkung oleh syahwat," kata Ustaz Oemar.

Selanjutnya jika seseorang merasakan dunia sempit maka merujuk kepada pedoman-pedoman dalam Alquran. Lalu umat Muslim juga perlu memperhatikan makanan yang dikonsumsi. Menurut Ustaz Oemar, makan yang dikonsumsi harus yang jelas kehalalannya. Dengan begitu, diyakini manusia akan terbebas dari beragama penyakit, baik fisik maupun hati.

sumber : Dialog Jumat Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement