Ahad 08 Apr 2018 09:14 WIB
Banyak Sejarah Bisa Diungkap Melalui Manuskrip

Sejarah Pancasila Ada Jauh Sebelum Didengungkan Bung Karno

Bhineka Tunggal Ika dibuat untuk menjembatani penyelesaian berbagai masalah keagamaan

Penulis buku-buku Sejarah Islam Nusantara, Zainul Milal Bizawie menjadi salah satu pembicara pada Diskusi Kajian Islam Nusantara yang diselenggarakan Islam Nusantara Center (INC) bekerja sama dengan Puslitbang Lektur dan Khazanah Keagamaan Balitbang-Diklat Kemenag.
Foto: kemenag.go.id
Penulis buku-buku Sejarah Islam Nusantara, Zainul Milal Bizawie menjadi salah satu pembicara pada Diskusi Kajian Islam Nusantara yang diselenggarakan Islam Nusantara Center (INC) bekerja sama dengan Puslitbang Lektur dan Khazanah Keagamaan Balitbang-Diklat Kemenag.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penulis buku-buku Sejarah Islam Nusantara, Zainul Milal Bizawie menjadi salah satu pembicara pada Diskusi Kajian Islam Nusantara yang diselenggarakan Islam Nusantara Center (INC) bekerja sama dengan Puslitbang Lektur dan Khazanah Keagamaan Balitbang-Diklat Kemenag. Diskusi ini berlangsung di Rumah Dinas Menteri Agama, Kompleks Widya Chandra, Jakarta.

Dalam diskusi yang dihadiri ratusan mahasiswa pasca sarjana dari berbagai perguruan tinggi di Jakarta dan sekitarnya tersebut, Bizawie mengatakan, banyak sejarah bisa diungkap melalui manuskrip. "Sampai saat ini, masih banyak sejarah yang belum terungkap. Kita bisa mengungkap sejarah lebih detail dengan mengkaji dan mempelajari manuskrip," ucap Bizawie, Sabtu (7/4).

Bizawie memberi contoh, Kisah Diponegoro misalnya, masyarakat awam melihat perjuangan Diponegoro dikarenakan makam leluhurnya dirusak oleh VOC untuk dijadikan jalan. "Padahal, jika mempelajari sejarah Pangeran Diponegoro yang ditulis di manuskrip yang ada, diceritakan, bahwa Beliau memang dipersiapkan dan dididik oleh neneknya (Istri Pangeran Mangkubumi: Hamengku Buwono I) yang seorang Sufi," kata Bizawie.

Dari manuskrip, Bizawie juga melihat, sejarah Pancasila demikian panjang, jauh sebelum didengungkan Bung Karno. Tercatat bahwa  masyarakat Indonesia zaman kerajaan, terbagi atas banyak agama dan sekte.  "Naik turunnya sejarah Nusantara, tak lepas dari masalah agama, hingga muncul tulisan Empu Tantular dalam kitab Sutasomma yang menulis tentang Bhinneka Tunggal Ika. Tulisan ini dibuat untuk  menjembatani penyelesaian berbagai masalah keagamaan," ujarnya.

"Pancasila pun, jika ditilik dari manuskrip, isinya mempunyai basis kuat dalam sejarah perjalanan bangsa ini sebagai senjata untuk menyatukan keragaman dan dasar untuk membangun kehidupan yang harmonis," imbuhnya.

Dalam Diskusi tersebut hadir pula sebagai pembicara, Menag Lukman, Staf Ahli Menag bidang Manajemen Komunikasi dan Informasi Oman Fathurahman, Kapus Lektur dan Khazanah Keagamaan Balitbang-Diklat Muhmmad Zain, dan Direktur INC Ahmad Ginanjar Sya'ban.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement