Jumat 06 Apr 2018 13:32 WIB
Banyak Jalan untuk Dakwah Ustaz Somad

Ibunda Ustaz Somad: Hidup Mati Kau di Sini (Indonesia)

Ustaz Somad juga menyempatkan diri sebagai penulis dan penerjemah sejumlah buku Islam

Rep: Hasanul Rizqa/ Red: Agus Yulianto
Ustaz Abdul Somad
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Ustaz Abdul Somad

REPUBLIKA.CO.ID, Berdasarkan penelusuran di Google Trends, pencarian kata kunci Ustaz Abdul Somad mulai marak sejak Januari 2016. Malaysia dan Indonesia berturut-turut menjadi negara yang di dalamnya penelusuran tersebut berkembang signifikan. Memang, ceramah-ceramah Ustaz Abdul Somad dapat dengan mudah disaksikan via internet.

Di Youtube, misalnya, video yang menampilkan mubaligh ini ditonton paling sedikit ribuan pengunjung. Generasi milenial juga dijangkaunya melalui Facebook dan Instagram. Situs Facebook.com/UstadzAbdulSomad diikuti lebih dari 1 juta pengunjung, sedangkan jumlah pengikut Instagram.com/UstadzAbdulSomad/ mencapai 2,1 juta akun.

Blog pribadi Ustaz Abdul Somad, somadmorocco.blogspot.co.id, diketahui telah aktif sejak April 2010. Menurut ulama yang bergelar adat Datuk Seri Ulama Setia Negara ini, manfaat berdakwah melalui internet dapat menembus keterbatasan ruang dan waktu. Di satu sisi, penceramah dapat menghindari kendala-kendala yang kerap dijumpai di dunia nyata, semisal dana atau ketersediaan jadwal dan lokasi untuk menjangkau jamaah. Di sisi lain, para jamaah dapat dengan mudah menyimak ceramah dai pilihannya, terlebih bagi mereka yang sibuk, tetapi masih bersemangat mengikuti kajian ilmu-ilmu agama.

"Media sosial dapat menjadi medium yang tepat untuk berdakwah di era saat ini karena irit biaya, mudah aksesnya, tanpa terbatas ruang dan waktu. Semuanya jadi simpel, mudah," kata Ustaz Abdul Somad melalui pesan singkat kepada Republika.co.id, Selasa (3/4).

Popularitas Ustaz Abdul Somad juga terbangun melalui media massa cetak, elektronik, dan daring. Oleh karena itu, tidak mengherankan bila jamaah kerap membeludak di setiap acara yang menghadirkan sosok bermarga Batubara ini. Mereka datang berduyun-duyun untuk menyaksikan ceramah pria kelahiran Asahan, Sumatra Utara, tersebut. Penggemarnya bukan hanya berasal dari kalangan umum, melainkan juga para artis, pejabat, atau juga sesama dai.

Tokoh sekaliber Jusuf Kalla, misalnya, menyempatkan diri untuk hadir pada suatu kajian dhuha bersama Ustaz Abdul Somad. Dalam kesempatan di Masjid Sunda Kelapa, Jakarta Pusat, itu, Wakil Presiden menilai bahwa cara dakwah dosen UIN Suska Riau tersebut meneduhkan dan sarat referensi keilmuan. "Itu yang membedakan (Ustaz Abdul Somad) dengan ustaz lainnya," demikian puji JK (Republika, 4 Februari 2018).

Riwayat pendidikan formal Ustaz Abdul Somad bermula di Medan, Sumatra Utara. Dia sempat menjadi santri Pondok Darularafah Deliserdang, Sumatra Utara, satu tahun lamanya. Pada 1996, dia lulus dari Madrasah Aliyah (setingkat SMA) Nurul Falah, Air Molek, Indragiri Hulu, Riau. Setelah itu, pendidikan tinggi dijalaninya di UIN Sultan Syarif Kasim (Suska) Riau.

Kabar gembira datang pada 1998. Abdul Somad berhasil menjadi salah satu dari 100 orang penerima beasiswa Pemerintah Mesir sehingga dapat melanjutkan studi ke Universitas al-Azhar, Kairo. Saat itu, lebih dari 900 orang tidak lolos seleksi program ini. Luar biasanya, dia dapat meraih gelar sarjana (Lc) dari kampus tersebut hanya dalam waktu tiga tahun 10 bulan.

Semangatnya menuntut ilmu kembali berbuah manis. Kali ini, kesempatan datang dari Pemerintah Maroko yang rutin menyelenggarakan beasiswa per tahun untuk lima orang asing. Dari kuota tersebut, pada 2004, Abdul Somad berhasil lolos seleksi sehingga berhak melanjutkan pendidikan pascasarjana di Dar al-Hadits al-Hassania Institute, Rabat, Maroko.

Tesis karyanya berkaitan dengan para perawi hadis dalam kitab Al-Muwatha' Imam Malik dan Shahih Bukhori-Muslim yang dianggap lemah oleh Imam Nasai melalui kitab Adh-Dhuafa wa al-Matrukin. Setelah studi di negeri Afrika Utara itu, panggilan mengajar dan menjabat di pelbagai organisasi datang dari mana-mana.

"Tahun 2007, selesai kuliah di Maroko. Pada 2008, dapat panggilan sebagai dosen di KUPUSB (Kolej Universiti Perguruan Ugama Islam Bandar Seri Begawan, Brunei)," kata Ustaz Abdul Somad, beberapa waktu lalu.

Dalam rentang tahun 2009-2014, ayah dari Mizyan Hadziq Abdillah ini juga tercatat sebagai anggota MUI Riau, Bazis Riau, dan Nahdlatul Ulama (NU) Riau. Jadwalnya mulai padat dengan menghadiri pelbagai undangan kajian dan ceramah keagamaan. Materi-materi yang disampaikannya meliputi banyak tema, mulai dari persoalan fikih, akidah, tafsir, hadts, sejarah Islam dan nusantara, hingga akhlak dan politik.

Khususnya tentang sejarah negeri-negeri Islam Melayu, dia seperti tidak pernah lupa menyisipkan dalam setiap uraiannya. Di sela-sela waktu, Ustaz Abdul Somad juga menyempatkan diri sebagai penulis dan penerjemah sejumlah buku bernuansa Islam.

Dengan luasnya cakupan keilmuan di bidang agama dan sejarah nusantara, Ustaz Abdul Somad menjadi salah seorang dai yang masyhur di Indonesia atau Ranah Melayu umumnya. Namun, bagaimana posisi dakwahnya di tengah masyarakat saat ini?

Dalam konteks terkini, dunia maya berpengaruh cukup kuat untuk membentuk opini publik. Ajang pemilihan presiden RI pada 2014 atau kasus penodaan agama bekas gubernur DKI Jakarta pada 2016 silam, misalnya, menyisakan friksi yang dapat mengancam wacana persatuan bangsa Indonesia. Pada akhirnya, muncul para pengejek (haters) di media sosial yang ingin membungkam suara dai-dai.

Ustaz Abdul Somad juga sempat merasakan efek dari media sosial. Pada awal Februari 2018 lalu, akun Instagram Ustaz Abdul Somad sempat diblokir pihak-pihak tertentu yang melaporkannya. Meskipun pada sore harinya akun tersebut kembali pulih, siapa pelapor itu dan apa motif-motifnya sampai sekarang belum diketahui dengan pasti.

Pemblokiran ini pun hanya satu riak di antara gelombang yang pernah dilaluinya. Sebagai contoh, pada 2017 lalu saat akan berceramah di Bali, Ustaz Abdul Somad pernah diintimidasi kelompok-kelompok tertentu yang mengaku pembela nasionalisme. Kemudian, mubaligh ini sempat pula dicegah masuk ke Hong Kong, meskipun tujuannya tidak lebih daripada menghadiri undangan dakwah.

Demikian risiko berdakwah di tengah riuhnya perpecahan masyarakat, baik yang tercermin di media sosial maupun dunia nyata. Bagaimanapun, Ustaz Abdul Somad dengan tegas meneguhkan prinsip dan membuktikan Islam rahmatan lil alamin. Islam yang merengkuh perbedaan-perbedaan dan hadir sebagai penyejuk bagi seluruh masyarakat. Hal ini merupakan prinsip yang terpatri di dalam dirinya sejak dini.

"Pernah suatu ketika, saya tanya ibu saya, 'Bagaimana, Mak?' Kata ibu saya, 'Hidup mati kau di sini (Indonesia)'. Ini sudah takdir saya. Diusir, dicekal, sekarang Instagram di-banned. Entah apa-apa lagi di masa yang akan datang. Saya terima. Itu risiko sebuah pilihan," kata Ustaz Abdul Somad (Republika, 25 Februari 2018).

Dia pun menghindari kecenderungan politis. Memang, selama ini politik kerap menjadi alasan bangsa Indonesia terpecah belah, alih-alih bersatu demi memperjuangkan ideologi yang luhur bagi semua. Walau digadang-gadang masuk ke dalam bursa pemilihan presiden dan wakil presiden 2019, Ustaz Abdul Somad bergeming. Baginya, dakwah adalah ajang untuk menyambung simpul-simpul pemersatu bangsa Indonesia, termasuk umat Islam.

"Saya berdakwah tidak ada kepentingan. Murni amar makruf nahi mungkar. Saya bukan orang partai. Tidak ingin menjadi caleg (calon legislatif) dan lain-lain," ungkap Ustaz Abdul Somad kepada Republika.co.id, beberapa waktu lalu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement