Rabu 04 Apr 2018 15:10 WIB
Belajaar Kitab

Etika dalam Berteman

Teman adalah sahabat dalam pergaulan.

Rep: Syahruddin el-Fikri/ Red: Agung Sasongko
Sahabat Ilustrasi
Foto: wordpress.com
Sahabat Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Salah satu pembahasan yang menarik yang dibicarakan dalam kitab Maraqi al-'Ubudiyah adalah adab atau etika dalam berteman. Dengan memerhatikan etika dalam pergaulan, akan membuat persahabatan menjadi semakin langgeng.

Teman adalah sahabat dalam pergaulan. Bergaul dengan teman yang baik, niscaya akan mengantarkan kita pada perbuatan yang baik pula. Sebab, teman yang baik akan senantiasa memberikan sesuatu yang terbaik. Karena itu, janganlah teman yang seperti ini disakiti. Sebaliknya, teman yang tidak baik akan membawa kita pada perbuatan yang tidak baik. Bergaul dengan teman seperti ini, dapat menjerumuskan kita pada hal-hal yang negatif.

Berkaitan dengan masalah ini, Imam Ghazalie dan Syekh Nawawi menuliskan beberapa syarat atau adab dalam persahabatan atau memilih teman. Di dalam kitabnya ini, Syekh Nawawi menyebutkan setidaknya ada dua hal besar yang harus diperhatikan dalam pergaulan. Pertama, perhatikan terlebih dahulu tata cara berteman dan memilih teman yang baik, agar kita tidak ikut terjerumus dalam perbuatan yang tidak baik. Kedua, kewajiban yang harus dipenuhi dalam berteman.

Al-Ghazalie mengatakan, bila engkau mencari teman untuk dijadikan teman dalam menuntut ilmu, serta urusan keagamaan dan duniawi, maka perhatikanlah lima hal. Pertama, pintar. Berteman dengan orang yang pintar akan membawa kita menjadi makin pintar. Sebaliknya, berteman dengan orang yang bodoh, akan membuat diri kita menjadi bodoh. Dan kata al-Ghazalie, tidak ada manfaatnya berteman dengan orang bodoh.

Ali bin Abi Thalib berkata, ''Janganlah berteman dengan orang bodoh, karena engkau akan celaka.''

Kedua, memiliki akhlak yang baik. Berteman dengan orang yang berakhlak baik, akan mengantarkan kita menjadi orang baik. Dia akan senantiasa memberikan nasihat yang baik dan melarang kita melakukan perbuatan maksiat.

''Sahabat sejati adalah orang yang selalu bersamamu. Ia rela berkorban untuk membantumu. Dan ketika engkau sedang ditimpa kesusahan, maka ia akan senantiasa memerhatikan dan menolongmu,'' ujar Ali bin Abi Thalib.

Ketiga, bergaullah dengan orang saleh. Bergaul dengan orang saleh akan membawa kita pada kedamaian dan ketenangan. Sedangkan bergaul dengan orang yang fasik akan membuat dirimu susah dan jiwamu tidak tenang. Bergaul dengan orang fasik akan menghilangkan rasa bencimu pada kemaksiatan. ''Hindarilah hal demikian,'' tulis Syekh Nawawi.

Keempat, jangan tamak atau rakus. Berteman dengan orang yang tamak pada dunia, bagaikan racun yang membunuh. Dan kelima, bertemanlah dengan jujur. Jangan berteman dengan orang yang suka berdusta dan berlaku curang, karena dia akan membawa kita pada perbuatan menipu.

Adapun kewajiban seseorang dalam berteman, jelas Syekh Nawawi, senantiasa mau mebantu teman yang sedang dalam kesusahan, baik dengan bantuan tenaga, pikiran, maupun materi (harta).

Kewajiban lainnya adalah senantiasa menyimpan rahasia teman, menutupi aibnya, dan tidak menyampaikan omongan orang lain yang mengecamnya, menyampaikan pujian orang lain atas dirinya, dan mendengarkan pembicaraan yang baik darinya tanpa berpura-pura.

Dalam salah satu riwayat disebutkan, bila berbicara dengan seorang teman, maka perhatikanlah. Pandanglah wajahnya, jangan berpaling. Sebab, orang yang berbicara dengan lawan bicaranya yang tidak mau memandangnya, berarti ia tidak memerhatikan apa yang dibicarakan. Wa Allahu 'alam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement