Rabu 14 Mar 2018 16:30 WIB

Karpet Mushala Dibakar, Warga Sempat tak Menyadari

Warga mengira asap itu dari sampah yang dibakar di bagian belakang mushala.

Rep: Eric Iskandarsjah Z/ Red: Agus Yulianto
Kebakaran di Mushola Faturrahman Padukuhan Bintaran RT 02, Desa Jambidan, Kecamatan Banguntapan, Bantul, DIY. Beberapa benda yang terbakar diantaranya adalah gazebo, sarung, sajadah dan karpet dengan dimensi 2 x 2 meter.
Foto: Republika/Eric Iskandarsjah Z
Kebakaran di Mushola Faturrahman Padukuhan Bintaran RT 02, Desa Jambidan, Kecamatan Banguntapan, Bantul, DIY. Beberapa benda yang terbakar diantaranya adalah gazebo, sarung, sajadah dan karpet dengan dimensi 2 x 2 meter.

REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Akhir pekan lalu, sempat terjadi sebuah kebakaran di Mushala Faturrahman Padukuhan Bintaran RT 02, Desa Jambidan, Kecamatan Banguntapan, Bantul, DIY. Beberapa benda yang terbakar di antaranya adalah gazebo, sarung, sajadah dan karpet dengan ukuran 2 meter x 2 meter.

Ketua RT 2 Padukuhan Bintaran, Desa Jambidan, Kecamatan Banguntapan, Bantul, M Joweni mengatakan, awalnya, pada Ahad (11/3) menjelang waktu maghrib, asap terlihat oleh salah satu warga yang rumahnya berdekatan dengan mushala. "Warga tersebut mengira, asap itu dari sampah yang dibakar di bagian belakang mushala," ujarnya saat di temui di Mushala Faturrahman, Rabu (14/3).

Namun, setelah beberapa menit asap justru kian membesar. Kemudian setelah Maghrib terdapat warga yang melintas dan melihat ada api di belakang mushala. Setelah itu, sejumlah warga pun langsung datang ke mushala tersebut untuk memadamkan api yang ternyata berasal dari gazebo di belakang mushala yang terbuat dari bambu.

Menurutnya, pada Ahad petang lokasi memang terlihar sepi. Tak ada yang melihat ada orang yang tengah berada di mushala milik Muhammadiyah itu.

 

Ia pun mengatakan, pada hari kerja, sebenarnya mushala itu kerap ada kegiatan. Namun, saat Ahad sore, tak ada satupun kegiatan yang digelar di mushala tersebut.

"Awalnya karena yang diketahui terbakar hanya gazebo, maka warga tak melaporkan kejadian itu ke kepolisian," kata pria yang juga merupakan pengurus Muhammadiyah Ranting Banguntapan Selatan tersebut. Namun, ternyata pada Senin pagi pengurus baru mengetahui bahwa ada benda lain yang juga turut terbakar.

Benda itu adalah sarung, sajadah dan karpet yang terdapat di dalam mushala. Mengingat mushala itu adalah bagian dari kantor ranting Muhammadiyah dan taman kanak-kanak (TK) yang hanya aktif pada hari kerja, maka benda di dalam mushala yang kemungkinan terbakar di hari Ahad itu baru diketahui pada Senin (12/3).

 

Baca juga: Pembakaran Karpet Mushala, Buya Syafii: Ini Kok Aneh

Setelah mengetahui kejadian itu, kata dia, barulah warga dan pengurus mengajukan laporan ke kepolisian pada Senin (12/3). Sarung, sajadah dan karpet dibakar di bagian imam. Seluruh benda itu terkumpul menjadi satu sudah menjadi abu. "Namun tak ada satupun yang melihat asap dari dalam bangunan mushala," ujarnya.

Karena mushala itu merupakan mushala yang lebih sering digunakan oleh kalangan internal pengurus ranting Muhammadiyah, maka pada Ahad (11/3) tak ada yang melakukan shalat Mahgrib, Isya, dan Subuh di mushala itu. Masyarakat sekitar yang melakukan shalat jamaah pun melaksanakan shalat di masjid yang berada tak jauh dari mushala tersebut. Sehingga sepanjang Ahad (11/3) sore hingga Senin (12/3) tak ada melaksanakan shalat di mushala tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement