Senin 26 Feb 2018 17:20 WIB

Teror Pesantren Menjalar ke Jakarta

Pesantren Nurul Amal pernah mendapat teror serupa ketika zaman Orde Baru.

Rep: Achmad Syalaby Ichsan/ Red: Budi Raharjo
Pondok Pesantren Nurul Amal, Jakarta Timur.
Foto: A Syalabi Ichsan
Pondok Pesantren Nurul Amal, Jakarta Timur.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Sabtu (24/2) malam menjadi waktu menegangkan bagi para pengurus dan santri di Pondok Pesantren Nurul Amal, Jakarta. Kabar berembus dari warga jika ada pria tak dikenal kerap bertanya tentang keberadaan pesantren yang terletak di Jalan Amil Wahab, Kramat Jati, Jakarta Timur tersebut. Belum lagi, beberapa santri melihat sosok bertopi dan berkaos hitam mondar-mandir di lingkungan pesantren asuhan KH EK Zainuddin itu.

Selepas Muhadharoh atau pelatihan pembacaan pidato, beberapa ustaz dan santri pun memutuskan untuk ronda malam. Salah satunya, Oki Abdul Muttaqien, siswa kelas 9 MTS Nurul Amal. Malam itu, Oki  berjaga di dalam lingkungan pesantren bersama teman-temannya dan seorang ustaz.

Untuk mencairkan ketegangan, mereka pun makan bersama dengan menu sederhana. Oki yang sedang berada di tengah lapangan, melihat sesosok pria bermasker tanpa helm menghampiri pintu gerbang yayasan. Pria dewasa itu mengenakan kaos oblong merah. “Dia pakai motor gede kayak Megapro gitu,” ujar Oki saat berbincang dengan Republika di Yayasan Nurul Amal, Jakarta, Senin (26/2).

Oki, para santri dan Ustaz Zainal Abidin, selaku pendamping, menghampiri penunggang motor itu. Belum sampai lima langkah, sang pria menancap gas dan langsung kabur. “Kita dan anak-anak mushala luar langsung kejar, tapi enggak dapat,” kata Ustaz Zainal.

Ustaz Zainal pun memutuskan untuk mengerahkan para santrinya agar berkeliling pondok. Mereka hendak memastikan apakah ada barang yang hilang atau rusak akibat pria misterius tersebut. Hasilnya nihil. Mereka berpatroli hingga azan Subuh berkumandang. “Kami terus lihat tembok belakang dicoret-coret. Tapi, enggak jelas coretannya,” ujar Oki.

photo
Coretan di dinging luar Pondok Pesantren Nurul Amal, Jakarta Timur.

Pesantren Nurul Amal pernah mendapat teror serupa ketika zaman Orde Baru. Pada tahun 90-an, Ustaz Zainal menjelaskan, ada yang membuat tanda silang di tiang luar pesantren. Pelakunya misterius. Hingga kini, tak ada yang bisa mengungkap pelaku pencoretan itu. “Setelah itu tidak ada lagi. Paling ada pencuri,” jelas dia.

Untuk pencoretan kali ini, dia pun tak tahu siapa pelakunya. Namun, dia memutuskan tidak melapor kepada aparat. Padahal, pesantren terletak di belakang Pusdikkes TNI Angkatan Darat.

Dia pun tak ingin melapor ke Polsek Kramat Jati Jakarta Timur yang terletak hanya beberapa kilometer dari pesantren. “Saya tidak ingin urusannya jadi ribet. Lagian nanti seperti yang sudah-sudah jadi dituduh penyebar berita bohong,” kata putra Kiai Zainuddin ini.

Ustaz Zainal pun sulit untuk mencurigai siapa dalang di balik teror ini. Menurut dia, sosok Kiai Zainudin bukanlah seorang dai yang berpolitik. Menurut dia, Kiai Zainudin tak pernah mengkritik pemerintah di muka umum. Ayahnya bukan pula seorang penceramah di masjid-masjid.

Latar belakang Kiai Zainudin, kata dia, adalah seorang pengusaha yang peduli pada anak yatim. Hanya saja, kata Ustaz Zainal, Kiai Zainudin memang memiliki sedikit pengetahuan agama. Kiai Zainudin pun mendirikan pesantren pada 16 Februari 1982. “Waktu sudah ada modal lumayan, ayah yang memang tahu susahnya anak yatim kemudian memutuskan untuk membuat pondok khusus anak yatim piatu,” kata dia.

photo
Tanda merah diduga darah sudah terlihat samar di Ponpes Masjid At Taqwa Babelan, Bekasi, Selasa (20/2).

Sebelumnya di Bekasi

Belum lama ini, dua buah tanda aneh berwarna merah dicoretkan di dua tempat yang berbeda di Bekasi. Satu tanda dicoret di dinding kediaman Habib Alwi bin Muhammad, dan satu lagi ditorehkan di tiang dinding sisi kiri Masjid At Taqwa Babelan.

Munculnya tanda yang mencurigakan itu sudah dilaporkan ke aparat kepolisian. Sejauh ini, belum bisa diungkap siapa pelaku, motif dan maksud dari tanda tersebut.

Di dinding depan rumah Habib Alwi, dicoret tanda berbentuk silang dalam lingkaran menggunakan cat semprot. Tanda itu cukup besar berdiameter sekitar 30 sentimeter. Tanda itu terlihat mencolok karena dibuat dengan warna merah.

Sang pemilik rumah mengetahui adanya tanda itu pada Jumat (16/2) dini hari pekan lalu. Habib Alwi mengatakan, tanda silang merah di dinding rumahnya, baru terdeteksi olehnya pukul 00.00 WIB, sepulangnya berdakwah. Sebab, sebelumnya tidak terlihat karena tertutup mobil yang diparkir persis di depan dinding itu. "Sudah banyak teror kepada saya, ini salah satunya," kata dia, Selasa (19/2).

Tanda itu sudah dihapus ketika Republika.co.id menyambangi rumah Habib Alwi. Namun, bekas tanda itu masih terlihat samar-samar. "Sudah saya hapus," ujar Habib Alwi.

Habib Alwi belum mengetahui siapa pelaku yang telah membuat tanda aneh itu. Meskipun perumahan tempat tinggalnya berjenis cluster, dia mengizinkan siapa pun untuk datang ke rumahnya. Satpam di depan blok cluster perumahan itu, diinfokan untuk mengizinkan tamu Habib Alwi datang ke rumahnya tanpa menitipkan atau menunjukkan ID Card.

"Jamaah saya banyak yang datang berkunjung ke sini, jadi saya instruksikan ke satpam bisa masuk kapan pun. Tapi, dari kejadian ini, harus ada ID card," kata Habib.

Sayangnya, pelaku tidak bisa dikenali melalui CCTV. Mukhidin, satpam cluster perumahan Emerald Spring mengaku, CCTV sudah aktif. Namun, CCTV dekat kediaman Habib Alwi rusak.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement